Liputan6.com, Jakarta - Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) menyatakan perekonomian Indonesia tumbuh karena arah pembangunan yang keliru sehingga Negara ini tidak siap menuju era globalisasi. Pertumbuhan ekonomi nasional, paling besar dikontribusi konsumsi rumah tangga dan ekspor bahan mentah tanpa bernilai tambah.
“Banyak orang Indonesia dengan tidak bekerja keras bisa menikmati untung besar. Caranya dengan KKN sampai melakukan kegiatan ekonomi yang mudah mengambil keuntungan besar, seperti kartel, monopoli, dan lainnya. Ini sangat tidak bagus untuk menjalankan negara ini,” ujar Ketua KEIN Soetrisno Bachir saat Diskusi dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) di kantornya, Jakarta, Selasa (14/6/2016).
Baca Juga
Baca Juga
Lebih jauh Soetrisno mengatakan, pelaku-pelaku usaha tersebut terlena dengan meledaknya harga komoditas mentah, seperti produk perkebunan, pertambangan sehingga keasyikan mengeruk kekayaan alam. Kini, kondisi berbalik, harga komoditas anjlok ke level terendah akibat perlambatan ekonomi dunia.
Advertisement
“Tapi untungnya kita punya Presiden yang mau bekerja, sederhana, dan memiliki rekam jejak bersih dari korupsi sehingga saat ini berpikir untuk membangun industri,” ujarnya.
Indonesia, kata Soetrisno harus menuju negara industri. KEIN ditugaskan untuk membuat peta jalan (roadmap) industri kecil, menengah dan besar dalam jangka panjang. Presiden Jokowi menuntut KEIN merekomendasikan saran-saran yang kreatif untuk menjadi bahan pertimbangan Presiden dalam mengambil keputusan.
"Kita ingin mengubah bangsa ini menjadi bangsa yang produktif, bukan konsumtif seperti Jepang, Korea, Taiwan, China," terangnya.
Soetrisno bilang, Jepang pernah porak poranda saja bisa bangkit jadi negara maju, sedangkan negara ASEAN seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan sebentar lagi Myanmar akan menyalip Indonesia.
"Ini kan berarti kita yang salah kelola negara. Karena bukti empiris ada, kita ketinggalan terus, bahkan negara yang tadinya di belakang kita, segera menyusul. Jadi kita akan belajar dari negara Jepang, Korea, dan Jerman untuk membuat roadmap industri di Indonesia," tutur Soetrisno.