Prospek Ekonomi Cerah Dorong Harga Emas Turun

Pada Juni lalu, harga emas sempat melonjak seiring adanya keputusan tak terduga saat Inggris meninggalkan Uni Eropa.

oleh Nurmayanti diperbarui 21 Jul 2016, 06:41 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2016, 06:41 WIB
Ilustrasi Harga Emas
Ilustrasi Harga Emas (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, New York - Harga emas jatuh ke posisi terendah dalam tiga minggu, ditarik gambaran ekonomi yang semakin optimis dan kemungkinan Federal Reserve (the Fed) akan menaikkan suku bunga tahun ini.

Harga emas untuk pengiriman Agustus turun 1 persen menjadi US$ 1.319,30 per troy ounce di divisi Comex New York Mercantile Exchange. Ini menjadi penutupan di level terendah sejak 28 Juni, melansir laman Reuters, Kamis (21/7/2016).

Pada Juni lalu, harga emas sempat melonjak seiring adanya keputusan tak terduga saat Inggris meninggalkan Uni Eropa. Harga emas berkilau karena investor cemas atas konsekuensi ekonomi dan politik dari keputusan Inggris tersebut.

Namun, usai pelaksanaan Referendum yang berlangsung pada 23 Juni tersebut, kekhawatiran tentang ketidakstabilan ekonomi sebagian besar telah mereda.

"Emas memiliki segalanya untuk itu. Sekarang kita sedang dalam masa yang lebih tenang," kata Bill O'Neill, Broker di LOGIC Advisors. 

Dalam sepekan terakhir, harga emas telah terbebani oleh meningkatnya risk appetite di kalangan investor, karena saham AS telah naik ke rekor tertinggi.

Pada Rabu, Dow Jones Industrial Average naik untuk hari kesembilan berturut-turut, setelah ditutup mencetak rekor pada Selasa.

Prospek ekonomi yang cerah juga menimbulkan spekulasi bahwa Federal Reserve mungkin dapat menaikkan suku bunga tahun ini.

Tarif suku bunga yang lebih tinggi cenderung membebani harga emas. Namun Fed diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan Juli ini, sebab pejabat masih melihat untuk menaikkan suku pada akhir tahun.

Sementara pedagang akan terus memantau rilis pernyataan kebijakan pada 27 Juli sebagai petunjuk lebih lanjut tentang masa depan kenaikan suku bunga.


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya