Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II 2016 mencapai 5,18 persen (year on year). Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi di kuartal I tahun ini sebesar 4,92 persen.
Baca Juga
Advertisement
Sementara pertumbuhan ekonomi di beberapa negara yang selama ini menjadi mitra dagang Indonesia masih bervariasi. Seperti ekonomi AS yang melambat dari 1,6 persen menjadi 1,2 persen.
Kemudian ekonomi Tiongkok yang stagnan di 6,7 persen. Pertumbuhan ekonomi Singapura yang menguat dari 2,1 persen menjadi 2,2 persen. Demikian pula ekonomi Korea Selatan yang naik dari 2,8 persen menjadi 3,1 persen.
Sementara di dalam negeri, jelas Suryamin, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi harga komoditas non migas di pasar internasional yang secara umum meningkat.
Harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) naik dari US$ 30,20 per barel (kuartal I 2016) menjadi US$ 42,13 per barel (kuartal II) atau naik 39,49 persen (qtoq).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebelumnya diproyeksikan sedikit mengalami perbaikan ke level 4,95 persen secara tahunan (year on year/Yoy) di kuartal II 2016. Peningkatan konsumsi masyarakat dan pemerintah menjadi penopang utama di tengah lesunya investasi maupun kinerja ekspor impor.
"Ekonomi nasional diperkirakan tumbuh 4,95 persen (Yoy) pada kuartal II-2016, sedikit meningkat dari realisasi 4,92 persen (Yoy) di kuartal I ini," ujar Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, saat dihubungi Liputan6.com.(Fik/Nrm)