Prediksi Goldman Sachs Dorong Harga Minyak Naik

Posisi harga minyak pada hari ini, menempatkan kedua jenis minyak tersebut pada kenaikan kontrak kedua untuk minggu keempat.

oleh Nurmayanti diperbarui 17 Des 2016, 06:24 WIB
Diterbitkan 17 Des 2016, 06:24 WIB
Harga Minyak
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah sepakat untuk mengurangi produksi sebesar 1,2 juta barel per hari (bph) terhitung 1 Januari.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik mendekati level tertinggi dalam 17 bulan usai Goldman Sachs menaikkan proyeksi harga pada tahun depan dan tanda-tanda jika produsen benar-benar melaksanakan kesepakatan untuk mengurangi output minyak di pasar global.

Melansir laman Reuters, Sabtu (17/12/2016), harga minyak berjangka Brent naik US$ 1,19, atau 2,2 persen ke posisi US$ 55,21 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik US$ 1, atau 2 persen menjadi US$ 51,90 per barel.

Posisi harga pada hari ini, menempatkan kedua jenis minyak tersebut pada kenaikan kontrak kedua untuk minggu keempat, dengan minyak Brent naik sekitar 23 persen selama waktu itu dan minyak mentah AS naik sekitar 20 persen.

Adapun kontrak premium minyak Brent dan AS sama-sama ditutup pada posisi US$ 2,26 per barel di bulan depan, tertinggi sejak akhir Agustus.

"Harga minyak terdorong Goldman Sachs yang memperkirakan harga minyak dan Rusia yang mengatakan jika perusahaan minyak mereka akan mengurangi output," kata Phil Davis, Managing Partner PSW Investments di Woodland Park, New Jersey.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah sepakat untuk mengurangi produksi sebesar 1,2 juta barel per hari (bph) terhitung 1 Januari, ini menjadi kesepakatan pertama sejak 2008.

Rusia dan produsen non-OPEC berencana untuk memotong hingga sekitar setengah dari total output selama ini.

Kesepakatan tersebut telah meningkatkan ekspektasi bahwa membanjirnya pasokan yang berlangsung selama dua tahun akan berakhir. Adapun harga terakhir tercatat mendekati posisi tertingginya pada Juli 2015.

Harga terus naik saat ini setelah Rusia mengatakan pada Jumat lalu bahwa semua perusahaan minyak negara itu, termasuk produsen top Rosneft telah sepakat untuk mengurangi output.

Produsen minyak lainnya termasuk Kuwait dan Arab Saudi diketahui telah memberitahu jika mereka akan memotong output mulai Januari.

"Pasar akhirnya perlu melihat beberapa bukti pengurangan yang sebenarnya. Pembicaraan tentang pemotongan produksi dan pemberitahuan alokasi yang lebih rendah dari penyuling cukup untuk mendukung sentimen pasar untuk saat ini," ujar Tim Evans, Ahli Energi dari Citi Futures dalam sebuah catatan.

Harga minyak turut dipengaruhi proyeksi tentang harga. Bank Goldman Sachs menaikkan proyeksi harga WTI untuk kuartal kedua 2017 menjadi US$ 57,50 per barel dari sebelumnya di posisi US$ 55 per barel .

Meski demikian, masih ada keraguan tentang kesediaan anggota OPEC lainnya untuk mengurangi output.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya