Peringkat RI Naik, Pemerintah Harus Agresif Arahkan Investasi

Lembaga pemeringkat Moody's telah menaikkan peringkat Indonesia dari stabil menjadi positif.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 11 Feb 2017, 13:12 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2017, 13:12 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's telah menaikkan peringkat Indonesia dari stabil menjadi positif. Hal ini dinilai bisa menjadi pintu gerbang pemerintah dalam menarik banyak investor.

Staf Ahli Ekonomi Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Ronny P Sasmita menjelaskan‎, apa yang sudah diberikan Moody's tersebut harus menjadi cambuk bagi pemerintah untuk lebih agresif dalam mengarahkan investasi.

"Dengan membaiknya rating investasi Indonesia, saya kira sekarang tinggal bagaimana pemerintah menindaklanjuti agar bisa menjadi duit," paparnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu (11/2/2017).

Ada dua hal yang dikatakan Ronny harus menjadi fokus investasi‎ pemerintah setelah Moody's menaikan peringkat Indonesia. Pertama dalam hal infrastruktur. Infrastruktur menjadi aspek dasar dalam meningkatkan daya saing Indonesia, untuk itu harus terus dipercepat pembangunannya.

Di sektor infrastruktur, pemerintah hanya bisa menganggarkan APBN sekitar Rp 300 triliun setiap tahunnya. Angka ini dinilai belum cukup. Untuk itu investasi asing sangat diharapkan.

Kedua, investasi yang masuk harus diarahkan ke sektor produktif. Salah satu contohnya adalah para investor bisa me‎mbangun industri hilirisasi baik di sektor tambang atau manufaktur. "Tapi pemerintah juga terus imbangi dengan perbaikan iklim investasi, mulai dari deregulasi, insentif, dan pembenahan infrastruktur," tutup dia.

Untuk diketahui, Moody’s Investors Service (Moody’s) menaikkan peringkat Indonesia dari stabil menjadi positif. Sekaligus mengafirmasi rating pada Baa3 (Investment Grade) pada 8 Februari 2017.

Moody’s menyatakan terdapat dua faktor kunci yang mendukung perbaikan outlook sovereign credit rating Indonesia. Pertama, penurunan kerentanan sektor eksternal yang diperkirakan terus berlanjut sebagai dampak dari kebijakan otoritas. Kedua, perbaikan kelembagaan melalui peningkatan efektivitas kebijakan.

"Perbaikan outlook Moody’s tersebut merupakan kelanjutan pengakuan oleh lembaga internasional atas keberhasilan Indonesia dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang mampu memberikan suasana kondusif bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, di tengah tantangan global dan perekonomian domestik," kata Gubernur Bank Indonesia, Agus D.W. Martowardojo, Kamis (9/2/2017).

Agus menuturkan, dari laporan Moody's, penurunan kerentanan sektor eksternal Indonesia antara lain merupakan dampak dari fokus kebijakan moneter yang mengutamakan stabilitas makroekonomi, reformasi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), dan upaya substitusi impor seperti investasi pada sektor manufaktur domestik.

Di sisi kelembagaan, efektivitas kebijakan tercermin dari rekam jejak yang berkelanjutan atas stabilitas makro ekonomi dan disiplin fiskal, serta terus berlanjutnya reformasi struktural di bidang ekonomi, fiskal, dan ketentuan. Perbaikan lebih lanjut dari sektor eksternal dan kelembagaan tersebut akan memungkinkan perbaikan rating Indonesia ke depan. (Yas/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya