‎BI: Semua Indikator Buat Dongkrak Peringkat RI Sudah Positif

Beberapa analis mulai pesimistis mengenai hasil pemeringkatan S&P terhadap Indonesia.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 18 Mei 2017, 20:01 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2017, 20:01 WIB
20160819-Gubernur BI Berikan Keterangan Soal Triwulan II 2016
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo (batik hitam) saat akan memberikan keterangan pers di Jakarta,(19\8). Hasil Rapat Dewan Gubernur BI mencatat triwulan II 2016 mempertahankan 7 days Repo Rate sebesar 5,25 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyampaikan semua indikator yang disyaratkan oleh lembaga pemeringkat internasional yaitu Standard & Poor (S&P) sudah dalam zona hijau. Dengan demikian sudah selayaknya peringkat Indonesia berubah menjadi investment grade.

Hanya saja, beberapa analis mulai pesimistis mengenai hasil pemeringkatan S&P terhadap Indonesia. Ini dikarenakan kondisi politik Indonesia sedikit panas, terutama banyaknya aksi turun di jalanan.

Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengaku apa yang sudah disyaratkan S&P untuk menaikkan peringkat Indonesia, sudah dipenuhi oleh Indonesia. "Mengenai rating dari S&P kita serahkan kepada lembaga rating tersebut. Yang jelas, secara umum kondisi Indonesia dalam keadaan yang baik," kata Agus di Gedung Bank Indonesia, Kamis (18/5/2017).

Di kesempatan yang sama, Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menambahkan, indikator untuk meningkatkan peringkat dari S&P setidaknya ada 5 hal.

Pertama, ‎indikator mengenai fundamental ekonomi. Menurutnya, pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut sejak kuartal II 2015. Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir 2017 akan mencapai 5,2 persen. Angka ini lebih baik dibandingkan tahun lalu.

Indikator kedua, terkait masalah moneter dan kondisi keuangan.‎ "Umumnya lembaga rating itu mempercayai kredibilitas kebijakan moneter kita, baik dalam pengendalian inflasi, nilai tukar dan bagaimana mengkomunikasikan kebijakan itu," papar Perry.

Sementara untuk yang ke tiga, hal yang menjadi pertimbangan lembaga rating dunia tentang‎ ketahanan fiskal. Dalam hal ini, posisi APBN Indonesia 2017 sudah sangat kredibel akibat kebijakan Menteri Keuangan RI Sri Mulyani. Ditambah dengan selesainya program tax amnesty, ke depan akan menjadi titik terang struktur pajak Indonesia untuk bisa menjadi lebih baik.

Untuk indikator yang ke empat adalah ketahanan Indonesia terhadap isu luar negeri (eksternal).‎ Di sini, semua hal yang mendukung ketahanan eksternal juga cukup positif. Seperti defisit transaksi berjalan yang defisit tetap terjaga di bawah 2 persen dan cadangan devisa RI yang mencapai US$ 123 miliar.

Sedangkan indikator yang ke lima, mengenai kemampuan institusional. Kemampuan institusional ini lebih dilihat bagaimana pemerintah melakukan reformasi struktural. Perry lebih spesifik menjelaskan, dalam hal ini yang dilihat bagaimana pemerintah terus menjalankan paket-paket kebijakan yang sudah dikeluarkan selama ini dan memperbaiki Ease of Doing Business.

"Lima aspek ini yang sudah kita sampaikan ke semua lembaga rating di dunia, dan semua sudah jelas, sangat positif," tutup Perry. (Yas/Gdn)‎

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya