Harga Emas Tertekan Imbas Penguatan Dolar AS

Indeks dolar AS bergerak reli menekan harga emas dan perak.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Mar 2018, 06:45 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2018, 06:45 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Harga emas dan perak kompak melemah hingga pertengahan perdagangan. Hal itu didorong penguatan indeks dolar Amerika Serikat (AS) dan aksi jual investor.

Harga emas berjangka untuk pengiriman April turun USD 15,60 ke posisi USD 1.326,40. Sedangkan harga perak susut USD 0,276 ke posisi USD 16.265 per ounce.

Sementara itu, bursa saham global sebagian besar tertekan usai indeks saham acuan di Amerika Serikat (AS) atau wall street tertekan. Akan tetapi, pelemahan indeks saham di AS relatif tertahan. Hal itu dinilai dapat menjadi sentimen positif untuk pergerakan harga emas dan perak dalam jangka panjang.

Mengutip laman Kitco, Kamis (29/3/2018), pasar juga dipengaruhi rilis data ekonomi AS. Produk domestik bruto (PDB) AS tercatat naik menjadi 2,9 persen. Diperkirakan PDB AS tumbuh 2,7 persen. Para ekonom optimistis pertumbuhan ekonomi AS di atas tiga persen pada 2018. Hal ini didorong pemangkasan pajak perusahaan di AS sehingga perkuat ekonomi.

“Pasar dipengaruhi indeks dolar bergerak lebih tinggi. Indeks dolar AS cenderung volatile baru-baru ini tetapi tren jangka pendek tertekan. Sementara itu, harga minyak mentah Nymex tergelincir karena aksi ambil untung,” ujar Analis Kitco Jim Wycoff.

Ia menambahkan, secara teknis harga emas berjangka untuk pengiriman April sedikit unggul dalam jangka pendek.

Target kenaikan harga emas dapat terjadi dengan level resistance menembus USD 1.356 per ounce. Sedangkan target penurunan harga emas dapat terjadi jika berada di bawah USD 1.300. Jadi level resistance harga emas di kisaran USD 1.330 dan kemudian USD 1.335.

 

Perdagangan Kemarin

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Sebelumnyam harga emas jatuh usai mencapai level tertinggi dalam 6 minggu terpicu penguatan Dolar Amerika Serikat (AS) dan peningkatan risiko di pasar keuangan global. Meski demikian logam mulia masih memiliki penopang yakni serangkaian ketegangan geopolitik di beberapa negara.

Melansir laman Reuters, Rabu (28/3/2018), harga emas di pasar spot turun 0,7 persen menjadi USD 1,.343,84 per ounce. Ini usai menyentuh posisi tertinggi sejak 16 Februari USD 1.356,66 per barel.

Sementara harga emas berjangka AS untuk perdagangan April turun USD 13, atau 1 persen, ke posisi USD 1.342 per ounce.   

Dolar AS tercatat menguat terhadap mata uang lainnya. Ini memunculkan risiko pasar yangn mengurangi minat investor terhadap mata uang utama ini. Maklum, Dolar yang lebih kuat membuat emas menjadi lebih mahal.

Sebelumnya pasar saham melonjak menanggapi laporan jika AS dan China bernegosiasi untuk mencegah perang dagang, merusak daya tarik emas sebagai tempat berlindung yang aman.

"Akan ada beberapa bulan pembicaraan sebelum adanya ketidakpastian di sekitar situasi perdagangan global dapat terhapus. Dan sementara itu, emas terkadang akan menguntungkan," kata Simona Gambarini, Ekonom Komoditas di Capital Economics.

Hal yang mempengaruhi pasar emas lainnya datang dari kondisi geopolitik. Salah satunya dari Rusia, yang mengatakan akan mengambil langkah balasan terkait keputusan AS untuk mengusir 60 diplomat negaranya dengan tuduhan mata-mata.

Pelaku pasar juga masih melihat soal perkembangan kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS. Suku bunga yang lebih tinggi memang akan membuat emas menjadi investasi yang kurang menarik.

Adapun harga perak tercatat turun 0,7 persen menjadi USD 16,54 perounce setelah mencapai level tertinggi dalam tiga minggu di posisi USD 16,80. 

Harga Platinum turun 1,1 persen menjadi USD 941,99 per ounce, mencapai USD 935, terendah sejak 3 Januari. Harga Palladium meningkat 0,1 persen ke posisi USD 974,50 per ounce.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya