Liputan6.com, Jakarta Langkah koordinasi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dengan pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam meningkatkan kepercayaan pasar atas kondisi ekonomi Indonesia diapresiasi Komisi XI DPR RI.
Koordinasi ini harus terus dipertahankan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan penguatan rupiah. “Saya kira Gubernur BI yang baru ini pernah menjabat deputy sehingga dia sudah mengetahui bagaimana mengatasi rupiah saat mendapat tekanan," kata Wakil Ketua Komisi XI Hafidz Tohir, Selasa (5/6/2018).
Baca Juga
Menurutnya, Perry sudah lebih tahu bagaimana melakukan relaksasi terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) ketika rupiah sedang menguat.
Advertisement
Ia juga melihat langkah-langkah yang diambil Gubernur BI langsung direspon pasar secara positif. Penguatan rupiah dinilai tidak akan berada dibawah Rp 13.700 karena memang angka dimana rupiah itu akan berada.
“Kenapa, kita tidak optimistis rupiah itu bisa kembali ke Rp 13.000 ribu atau 12.500 seperti 4 tahun lalu karena memang ini seluruh kandung eksport kita 60 persen dari nilai import,” jelasnya.
Anggota Komisi XI DPR RI lainnya Misbakhun melihat BI melakukan upaya yang sangat bagus dalam menstabilkan rupiah. Dan kebijakan acuan BI rate langsung membuat nilai tukar rupiah menguat.
Menurut politisi Golkar itu, BI telah melakukan berbagi upaya perbaikan nilai tukar rupiah untuk menjaga stabilitas ekonomi. BI, kata Misbakhun, masuk ke pasar melakukan upaya-upaya yang sangat structural dalam menstabilkan rupiah.
“Tidak sekedar operasi monoter. Melakukan langkah-langkah persuasif dan menggalang sebuah kebijakan monoter yang kemudian dikaitkan dengan kebijakan bauran,” katanya.
Upaya Gubernur BI Perry Warjiyo mengajak pemerintah, OJK, LPS dan lainnya turut menambah confidence pasar. Upaya membangun confidence inilah yang kemudian direspon oleh pasar dengan baik.
Ia menegaskan, tidak gampang dalam membuat suatu kebijakan monoter saat ini. Sebab, tanpa koordinasi yang baik, pasar tidak percaya akan kebijakan monoter.
“Pemerintah dan BI tidak gampang lho saat ini. Berbeda saat orde baru, dulu Menkeu ngomong apa saja BI akan mengikuti. Dulu otoritas cuma dua yakni BI dan Menkeu. Gubernur BI ikut menteri keuangan. Sekarang semua terpisah-pisah,” jelasnya.
Lima Instrumen
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memaparkan lima instrumen yang diprioritaskan BI untuk mendukung dua kebijakan pro growth dan pro stability tersebut. Namun, satu prioritas akan dijadikan fokus untuk jaga stabilitas.
Empat instrumen tersebut, pertama yakni relaksasi kebijakan makro prudensial dan juga dorong sektor perumahan. Ini, sambung, Perry merupakan kebijakan makroprudensial untuk pro growth.
Kedua, adalah mempercepat pendalaman pasar keuangan khususnya pembiayaan infrastruktur.
Penerbitan ini menurut Perry akan lebih banyak sekuritas untuk mendapatkan insentif guna menyalurkan pembiayaan infrastruktur. Ketiga, kebijakan sistem pembayaran untuk mendukung keuangan digital nasional. Sistem pembayaran ini merupakan elektronifikasi sistem seperti bansos dan fintech.
"Kami BI, prioritaskan pro stability dan pro growth. Jadi satu untuk pro stability, empat untuk pro growth,” jelas Perry.
Dia menjelaskan, saat ini rupiah telah berada di posisi Rp 13.878 per dollar Amerika. BI juga masih merefleksi faktor negatif dan positif apalagi kemudian pertumbuhanan ekonomi yang tinggi akan menimbulkan confidence bagi pasar
Advertisement