RI Diminta Kreatif Manfaatkan Peluang dari Perang Dagang AS-China

Pemerintah, terutama Kementerian Perdagangan dinilai seharusnya sudah mulai melakukan kajian atau memetakan produk apa saja yang bisa digantikan Indonesia terkait dampak perang dagang.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jul 2018, 17:31 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2018, 17:31 WIB
Capaian Ekspor - Impor 2018 Masih Tergolong Sehat
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (25/5). Menkeu Sri Mulyani Indrawati menilai tren yang terjadi pada capaian ekspor-impor 2018 masih tergolong sehat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Perang Dagang AS-China dinilai tidak hanya berdampak negatif, melainkan juga angin segar bagi perekonomian Indonesia. Asalkan Pemerintah jeli dalam memanfaatkan peluang.

"Saya kira perang dagang itu cenderung negatif, artinya perdagangan Indonesia akan tertekan. Tetap ada peluang. Ketika Amerika hajar produk China, di situ ada produk-produk yang bisa kita isi," ungkap Ekonom Universitas Gajah Mada, Tony Prasetiantono, di Jakarta, Selasa (24/7/2018).

"Jadi produk China dikenai bea masuk mahal, produk itu yang bisa kita masuki," imbuhnya.

Pemerintah, terutama Kementerian Perdagangan dinilai seharusnya sudah mulai melakukan kajian atau memetakan produk apa saja yang bisa digantikan Indonesia.

"Kita lakukan studi, produk apa saja yang bisa Indonesia gantikan. Tugas Kemendag memetakan masalah, lihat produk apa saja yang ketika perang dagang terjadi itu elastis, artinya ekspor China untuk produk itu berkurang, itu yang harus kita isi," kata Tony.

Dia yakin, jika Indonesia menanggapi perang dagang AS-China secara kreatif, maka akan ada dampak positifnya bagi perekonomian.

"Ini mirip kejadian. Tahun 1985-1986, waktu itu AS band, kuotanya habis untuk negara Asia Timur, jadi 4 macan Asia waktu itu, Korea, Hong Kong, Taiwan, dan Singapura. Keempat negara ini tidak boleh menambah ekspor tekstil ke AS. Ini peluang bagi Indonesia. Kalau kita cukup kreatif dan memanfaatkan peluang," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Umbu

Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Negara G20 Waspadai Perang Dagang

Kinerja Ekspor dan Impor RI
Aktivitas bongkar muat barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor dan impor Indonesia mengalami susut signifikan di Juni 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral yang tergabung dalam negara-negara G20 sepakat untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dalam atasi ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi. Hal tersebut juga untuk menjaga kontinuitas momentum pertumbuhan global.

Hal itu disepakati pada pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral yang tergabung dalam negara G20 di Buenos Aires, Argentina pada 19-22 Juli 2018.

Meskipun perekonomian global masih diperkirakan tumbuh solid sebesar 3,9 persen pada 2018 dan 2019, perekonomian global mulai menunjukkan risiko perlambatan pertumbuhan dalam jangka menengah dan meningkatnya faktor risiko. 

"Faktor risiko tersebut terutama bersumber dari ketegangan perdagangan, normalisasi kebijakan suku bunga beberapa Bank Sentral, dan ketegangan geopolitik di beberapa kawasan," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Agusman, saat menyampaikan hasil pertemuan tersebut, Senin (23/7/2018).

Dampak perkembangan teknologi terhadap sektor keuangan juga mewarnai diskusi pada pertemuan, khususnya mengenai upaya eksplorasi manfaat tekonologi keuangan bagi konsumen, investor, dan perekonomian.

Selain itu, dibahas juga kekhawatiran terhadap risiko yang timbul dari perkembangan teknologi keuangan dan cara memitigasi risiko yang dimaksud.

Agusman menjelaskan, memperhatikan perkembangan global tersebut, negara-negara G20 didorong untuk lebih meningkatkan komunikasi dan koordinasi kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi juga keuangan, serta mendukung multilateralisme dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi dan keuangan global. 

"Menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara G20 juga menekankan pentingnya memperkuat kerja sama dan efektivitas G20 ke depan sebagai forum utama dalam mendiskusikan permasalahan global dan menghasilkan solusi bersama," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya