Jakarta Lingkar Baratsatu Catatkan Obligasi l Rp 1,3 Triliun

Obligasi yang ditawarkan kepada publik ini telah mendapat pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 12 September 2018.

oleh Merdeka.com diperbarui 21 Sep 2018, 11:15 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2018, 11:15 WIB
PT Jakarta Lingkar Baratsatu (JLB) mengumumkan pencatatan perdana obligasi JLB Tahun 2018 sebesar Rp 1,3 Triliun. Dok Merdeka.com/Wilfridus Setu Umbu
PT Jakarta Lingkar Baratsatu (JLB) mengumumkan pencatatan perdana obligasi JLB Tahun 2018 sebesar Rp 1,3 Triliun. Dok Merdeka.com/Wilfridus Setu Umbu

Liputan6.com, Jakarta PT Jakarta Lingkar Baratsatu (JLB) mengumumkan pencatatan perdana obligasi JLB Tahun 2018 sebesar Rp 1,3 Triliun. Obligasi yang ditawarkan kepada publik ini telah mendapat pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 12 September 2018.

Direktur Utama JLB, Fatchur Rochman mengatakan pada masa penawaran umum obligasi yang sudah dilakukan sejak 14 hingga 17 september 2018 mendapat sambutan yang sangat positif dari para investor.

"Kami mendapat sambutan yang cukup baik dengan adanya respon pasar yang cukup tinggi di tahun ini. Momentum ini tentunya kami jadikan acuan untuk dapat meningkatkan dan memperkuat kinerja serta struktur pendanaan perusahaan," kata dia di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (21/9/2018).

Fatchur menambahkan, dana dari hasil penerbitan obligasi perdana ini, akan digunakan untuk melunasi pinjaman bank yang merupakan kredit sindikasi dan kredit modal kerja. Kredit sindikasi berasal dari Bank Mandiri, Bank Panin, dan Bank DKI sebesar Rp 1,190 triliun.

"Rp 1,190 triliun untuk lunasi (pinjaman bank). Sisanya modal kerja di bagian Indonesia Timur, tapi kita lihat dulu kondisinya apakah layak atau tidak," jelas dia.

Adapun Obligasi I JLB yang yang akan dlterbitkan pada semester II tahun ini dibagi menjadi dua. Seri A bertenor 3 tahun dengan besaran kupon 9,75 persen/tahun dan Seri B tenor 5 tahun dengan besaran kupon 10,65 persen/tahun.

Kupon dibayarkan setiap kuartal sejak tanggal emisi. Untuk kupon pertama akan dibayarkan pada 20 Desember 2018, sedangkan kupon terakhir sekaligus jatuh tempo Obligasi I JLB akan dibayarkan pada 20 September 2021 untuk Seri A dan 20 September 2023 untuk Seri B.

Obligasi ini dijamin dengan jaminan fidusia berupa konsesi pengusahaan tol berdasarkan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PJJT). Di mana haknya diberikan pemerintah selama masa konsesi, dan rekening operasional yang diikat dengan fidusia.

Adapun Obligasi I JLB Tahun 2018 ini telah memperoleh hasil pemeringkatan Single A plus dari PT Pemeringkatan Efek Indonesia (Pefindo).

PT Mandiri Sekuritas dan PT BCA Sekuritas akan bertindak sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Obligasi dalam penerbitan Obligasi I JLB ini. Sementara yang bertindak sebagai Wali Amanat dalam penerbitan Obligasi ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Reporter: Wilfridus Setu Umbu

Sumber: Merdeka.com

Rencana Penerbitan Obligasi Masih Tinggi hingga Akhir 2018

IHSG
Pekerja beraktivitas di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ketidakpastian perekonomian dunia serta penguatan dolar Amerika Serikat (AS) secara global telah berdampak terhadap pasar keuangan sejumlah negara termasuk Indonesia.

Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) akibat normalisasi kebijakan moneter serta pengetatan likuiditas di AS telah mengakibatkan pembalikan dana dari pasar keuangan sejumlah negara Asia.

Tak heran bila sejumlah mata uang Asia melemah dan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah juga naik, karena investor menarik dana dari pasar saham maupun obligasi.

Hingga tutup perdagangan Jumat 14 September 2018, nilai tukar rupiah ditutup melemah 0,35 persen di level 14.783 per dolar AS, sehingga secara year to date (ytd) rupiah telah terkoreksi 8,41 persen, masih lebih bagus bila dibandingkan koreksi rupee India yang sudah terkoreksi 12 persen.

Sementara itu, yield obligasi pemerintah naik menjadi 8,4 persen, bandingkan dengan yield obligasi India sebesar 8,1 persen, Filipina menawarkan imbal hasil sebesar 6,35 persen dan Malaysia sebesar 4,1 persen.

Dengan tingkat yield seperti ini, pasar obligasi Indonesia menawarkan tingkat imbal hasil yang cukup menarik dibanding negara tetangga.

''Investor akan kembali melihat pasar obligasi Indonesia menjadi tempat berinvestasi dengan dukungan fundamental ekonomi yang terus memperlihatkan sejumlah perbaikan,'' ungkap Direktur Utama Bahana Sekuritas Feb Sumandar, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (19/9/2018).

Korporasi pun masih melihat penerbitan obligasi sebagai sumber pendanaan untuk meningkatkan produktivitas, lanjut Feb.

Animo korporasi untuk menerbitkan obligasi maupun menerbitkan saham perdana masih terus mengalir. Hal ini tercermin pada semester I 2018, Bahana telah mengantarkan dua emiten melantai di bursa yakni PT BRI syariah dan PT Indonesia Kendaraan Terminal dengan perolehan dana sekitar Rp 2,2 triliun.

Beberapa perusahaan besar lainnya antara lain Perusahaan Listrik Negara, PT Bank Rakyat Indonesia, PT Waskita Karya, Pegadaian, Penanaman Nasional Madani, Wom Finance menerbitkan obligasi dengan total perolehan dana mencapai Rp 16,7 triliun.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya