Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, mengatakan kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh bangsa di dunia baik negara maju maupun negara berkembang.
Hal ini disampaikan saat mengisi seminar nasional official statistics 2018 dengan tema Kajian Kemiskinan dari Perspektif Pengeluaran dan Perilaku Menabung.
"Kemiskinan merupakan tantangan besar yang dihadapi oleh berbagai bangsa. Termasuk Indonesia mempunyai tangtangan besar soal kemiskinan. Di negara maju kemiskinan pun momok mengerikan," ujar Suhariyanto di Auditorium Politeknik Statistika STIS, Jakarta, Kamis (25/10/2018).
Advertisement
Baca Juga
Suhariyanto menjelaskan, kemiskinan ini memiliki beberapa kriteria di antaranya ketidakmampuan mencukupi biaya hidup sehari-hari baik pangan, sandang dan tempat tinggal. Selain itu, miskin juga erat kaitannya dengan hidup tidak sehat dan sanitasi yang kurang memadai.
"Ketika miskin dia berjuang mencari makan. Kemiskinan berarti mereka tidak bisa pergi ke sekolah. Kemiskinan juga berarti hidup tidak sehat dan sanitasi tidak layak. Kemiskinan tidak punya pendapatan cukup seperti seharusnya. Lingkaran kemiskinan ini biasanya diturunkan dari generasi ke generasi," ujar dia.
Di Indonesia, kemiskinan ditanggulangi dengan berbagai program. Beberapa di antaranya melalui program padat karya dan pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia. Pemerintah, juga membangun sekolah-sekolah untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing.
"Di Indonesia, kemiskinan juga salah satu target pembangunan yang dievaluasi dari waktu ke waktu. Banyak yang sudah diterapkan. Banyak terobosan. Misalnya pemerintah berupaya menciptakan padat karya. Pemerintah sekarang dengan sigap perlu membangun infrastruktur supaya akses dari satu ke tempat lain lebih mudah," ujar Kecuk.
Reporter: Anggun P.Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Bank Dunia Targetkan Akhiri Kemiskinan Ekstrem pada 2030
Sebelumnya, Bank Dunia dalam pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Bali kali ini memaparkan ingin mengurangi angka kemiskinan di dunia. Bahkan pihaknya optimistis mampu mengakhiri kemiskinan ekstrem pada 2030.
Presiden Bank Dunia, Jim Jong Kim, mengatakan di tahun yang sama, pihaknya juga menargetkan 40 persen penduduk termiskin di dunia bisa naik kelas.
"Kami berkumpul di sini minggu ini untuk berbagi ide dan pendekatan baru untuk menjawab pertanyaan ini dan mempercepat kemajuan menuju sasaran kembar kami itu," kata Kim di Nusa Dua, Bali, Jumat 12 Oktober 2018.
Kim mengatakan, dalam kurun waktu 25 tahun terakhir, setidaknya sudah ada saru miliar penduduk di dunia yang keluar dari angka kemiskinan. Bahkan, saat ini, tingkat kemiskinan di dunia terendah sepanjang sejarah yang hanya 10 persen.
Dari jumlah 10 persen tersebut, setidaknya ada 736 juta orang masih berada di garis kemiskinan. Pendapatan masyarakat ini tidak lebih dari USD 1 per hari. Selain itu, masih ada seperempat penduduk di dunia yang memiliki penghasilan kurang dari USD 3 per hari.
Kim mengaku, kategori masyarakat ini mayoritas tinggal dengan Pendapatan Perkapitanya terbilang rendah. Upaya meningkatan pendapatan per kapita inilah yang juga menjadi misi Bank Dunia.
"Namun pada kenyataannya, laju pengentasan kemiskinan juga melambat, yang berarti bahwa kita harus mempercepat upaya kita," ujar dia.
Ada dua strategi yang dilakukan Bank Dunia demi mewujudkan misinya itu. Pertama, mendorong pertumbuhan ekonomi dibsetiap negara yang inklusif dan berkelanjutan dengan meningkatkan investasi sektor swasta, membantu negara-negara mengelola tingkat utang, dan memanfaatkan kemajuan teknologi seperti financial technology (fintech).
Kedua, membangun kekuatan terhadap guncangan dan ancaman perubahan iklim dengan segera dan membantu negara-negara yang memiliki risiko ekonomi melalui penguatan pasar modal. (Yas)
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement