Bos Alibaba: Perang Dagang adalah Hal Paling Bodoh di Dunia

Bos Alibaba tidak sanggup menahan kekesalannya terhadap perang dagang AS-China.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 06 Nov 2018, 12:51 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2018, 12:51 WIB
Jack Ma Bicarakan Digital Ekonomi di Depan Delagasi IMF-Bank Dunia
Pendiri Alibaba Group Jack Ma dalam diskusi panel “Disrupting Development” Pertemuan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali pada Jumat (12/10). Jack Ma mengatakan “pebisnis tak punya rasa takut, kompetitor yang seharusnya takut”.Liputan6.com/Angga Yuniar

Liputan6.com, Shanghai - Pendiri Alibaba Jack Ma sekali lagi mengecam terjadinya perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS). Dia menegaskan, adu tarif yang terjadi sebagai "sesuatu paling bodoh di dunia."

Melansir Investing.com, komentar itu diucapkannya di China International Import Expo (CIIE) atau Ajang Internasional Impor China di Shanghai. Ini bukan yang pertama kali Jack Ma mengungkapkan kekesalannya pada perang dagang.

Sebelumnya, ia memperkirakan perang dagang akan berlangsung selama 20 tahun. "Ini (perang dagang) akan berantakan. Ini bukan sebuah perang dagang, ini adalah kompetisi antar dua negara," ucapnya September lalu.

Masih di ajang CIIE, Presiden China Xi Jinping turut hadir dan menyuarakan dukungannya pada perdagangan bebas. Menariknya, retorika yang dipakai Ketua Partai Komunis China ini berlawanan dengan Presiden AS Donald Trump yang mulai anti terhadap globalisme.

"Multilateralisme dan sistem perdagangan bebas tengah diserang, banyak faktor ketidakstabilan dan ketidakpastian, dan risiko dan rintangan bertambah," terang Xi seraya mendorong perdagangan bebas.

Perang dagang terus dilakukan AS dan China dengan berlomba-lomba menaikkan tarif impor. Presiden AS Donald Trump telah mengenakan tarif pada lebih barang impor China senilai USD 250 miliar yang masuk ke negaranya.

Sejak kampanye presiden, Trump kerap mengeluhkan praktik dagang China yang tidak adil dan merugikan hak kekayaan intelektual produk AS. Namun demikian, Sabtu lalu Trump mengaku telah kembali berkomunikasi dengan Xi Jinping.

Belum jelas apa yang Trump dan Xi bicarakan. Yang jelas, Trump berkata mereka akan bertemu pada acara G-20 di Argentina yang dimulai 30 November mendatang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bos IMF Cemas Perang Dagang Salah Makan Korban

Kunjungi Paviliun Indonesia, Bos IMF Terpesona Budaya Nusantara
Managing Director IMF Christine Lagarde menyaksikan musikus memainkan sasando saat berkunjung ke Paviliun Indonesia di arena pertemuan IMF-Bank Dunia, Bali, Rabu (10/10). Christine terpesona dengan berbagai budaya Nusantara. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde cemas terjadinya perang dagang di dunia bisa merugikan pihak yang terlibat. Ketegangan yang terjadi antara Amerika Serikat dan China, dua negara dengan perekonomian terbesar dikhawatirkan menyeret negara lain.

Hal itu disampaikan Lagarde pada konferensi pers yang berlangsung di Bali dalam rangkaian Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018.

"Saya pikir pesan saya terhadap potensi ketegangan dagang dan potensi adanya ketegangan tambahan, seperti yang sudah saya bilang, akan memberi dampak negatif ke ekonomi global," ujar Lagarde, Kamis, 11 Oktober 2018.

"Dan itu dapat memberikan dampak pada penonton yang tidak bersalah, yang bukan target dari (ketegangan dagang) ini. Mereka kebetulan hanya bagian dari rantai suplai, kebetulan adalah bagian dari aliran bahan mentah yang dibutuhkan dari pihak yang bersitegang," lanjut bos IMF.

Sekali lagi, Lagarde meminta semua pihak untuk menahan diri. Menurut dia, apabila ada ketidakpuasan pada sistem dagang, maka jalan yang harusnya ditempuh adalah perbaikan, bukan pengrusakan.

"Rekomendasi saya sangat sederhana dalam tiga kata: deeskalasi, perbaiki sistem, dan jangan dirusak," tegas Lagarde.

Banyak negara, menurut Lagarde, telah mendapatkan keuntungan dari sistem dagang yang ada. "Dan sistem itu telah berfungsi dengan baik dalam perdagangan internasional," pungkasnya.

Lagarde pun menyadari masih ada kekurangan dalam sistem dagang, seperti yang terdapat dalam World Trade Organization (WTO). Oleh sebab itu, dia mengajak pihak agar bersama-sama membuat sistem perdagangan global yang lebih kuat, adil, dan berpandangan ke depan, terutama dalam mengakomodasi perkembangan teknologi.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya