Sri Mulyani Ungkap Sulitnya Genjot Ekspor Indonesia

Banyak masalah yang berbeda menjadi penghambat ekspor Indonesia. Salah satunya kebijakan, struktural dan daya saing.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Feb 2019, 21:58 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2019, 21:58 WIB
Sri Mulyani
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani saat memberi keterangan di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani blak-blakan mengenai sulitnya mendongkrak ekspor Indonesia. Saat ini, pertumbuhan ekspor berada di bawah 7 persen. Banyak masalah yang berbeda menjadi penghambat ekspor. Salah satunya kebijakan, struktural dan daya saing.

"Masalah ekspor Indonesia sangat detail dan pelik. Sekarang pertumbuhannya di bawah 7 persen, saya ingin besok 15 persen, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dinamika butuh kebutuhan mengelolanya, dari ujung ke ujung," kata Menkeu Sri Mulyani di Kantor Exim Bank, Jakarta, Rabu (27/2/2019).

Selain itu, dia menyebutkan populasi manusia di dunia teramat banyak. Sehingga cukup sulit mengidentifikasi apa saja yang mereka butuhkan dari Indonesia. Bahkan untuk memahami kebutuhan antar daerah di Indonesia saja masih sulit dilakukan.

"Saya ingin sampaikan, potensi market itu unlimited kalau kita memahami geografi global. Jangan kan seluruh global, kenal Indonesia seluruhnya saja enggak. Banyak yang lahir, sekolah, meninggal di satu kabupaten yang sama. Kalau gak ngerti, gimana punya pemahaman orang-orang butuh apa," ujarnya.

Oleh sebab itu dia menegaskan harus pandai memahami apa saja yang tengah dibutuhkan oleh pasar. "Kalau kita gak pernah memahami, kita enggak tahu what kind of commodity yang bisa masuk. You should know the market," ujarnya.

Dia berharap kemampuan memetakan market atau pasar bisa lebih ditingkatkan. Supaya ekspor Indonesia dapat menjangkau pasar yang lebih luas dan beragam dengan tentunya diimbangi dengan kemampuan meningkatkan produksi di dalam negeri.

"Dan tidak hanya tradisional market yang rising star tapi juga falling star. Kalau kita bisa memetakan berarti kita makin mampu mengetahui positioning di setiap komoditas kita secara detail di masing-masing destinasi market baik yang sudah eksis, solid maupun yang masih baru. Dan juga yang masih belum kita identifikasi," ujarnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya