Liputan6.com, Monaco - Indonesia menjadi sorotan di ajang Monaco Ocean Week 2019 berkat ketegasan dalam melindungi lautan dan mempromosikan ekonomi biru (blue economy). Upaya ini dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang mengirim lima delegasi ke acara tersebut.
Delegasi Indonesia dipimpin Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Dirjen PRL), Brahmantya Satyamurti Poerwadi. Ia berharap ada langka nyata dari segala pihak dalam melindungi perairan yang dilindungi (Marine Protected Area/MPA) demi melawan perubahan iklim.
Advertisement
Baca Juga
"Kita juga membahas aksi-aksi yang bisa kita lakukan untuk membangun political willingness dari pemerintah, pelaku bisnis, maupun masyarakat di tiap-tiap negara supaya tantangan akan perlindungan spesies lintas-batas dapat diatasi,” ucap Brahmantya seperti dikutip rilis Kementerian KKP, Selasa (9/4/2019).
Isu lautan lain yang Indonesia sorot adalah mengenai maraknya perdagangan dan konsumsi terumbu karang secara ilegal, terutama di Hong Kong dan China. "Kondisi ini tentu mengancam keberlanjutan ikan karang kita dan secepatnya harus kita hentikan,” ujar Brahmantya.
Sementara itu, dalam Pertemuan Tingkat Tinggi (PTT) Lembaga Penelitian Kelautan Eropa, Indonesia berkesempatan menjadi satu-satunya negara Asia dalam forum yang membahas tentang bagaimana membangun hubungan yang kuat antara ilmu pengetahuan, masyarakat dan politik untuk dapat menentukan masa depan ilmu pengetahuan di Eropa.
Menurut Menteri Susi, aksi Indonesia di Monaco Ocean Week adalah bentuk konsistensi Indonesia dalam memperjuangkan lautan. Sebelumnya, Indonesia melakukan hal serupa di Our Ocean Conference 2018 di Bali.
“Komitmen itu kembali kita buktikan dengan peran Indonesia sebagai tuan rumah perhelatan Our Ocean Conference 2018 di Bali dan kepemimpinan bersama sebagai ketua International Coral Reef Initiative (ICRI) periode 2018-2020,” ucap Menteri Susi.
Monaco Ingin Membantu Indonesia
Didier Zocolla, peneliti dari Centre Scietifique de Monaco (CSM), menyampaikan bahwa Monako berkomitmen untuk membantu penelitian pengelolaan terumbu karang di beberapa negara. Kesempatan ini menjadi peluang kerjasama bagi Indonesia dan Monaco dalam pengelolaan terumbu karang di Indonesia.
“Selain itu, Indonesia juga akan terus mengangkat isu Life Reef Fish Food Trade (LRFFT) dan pengelolaan konservasi terumbu karang berkelanjutan pada forum-forum internasional yang diikuti oleh ICRI,” lengkap Brahmantya.
Hal itu akan turut didorong dengan kesepakatan yang dicapai oleh para peneliti terkait terumbu karang di pertemuan World Coral Conservatoire Workshop. Mereka menyepakati untuk mengembangkan kerangka kegiatan penelitian karang, ruang lingkup, dan lokasinya. Indonesia, dalam hal ini, menjadi salah satu negara yang diusulkan sebagai lokasi project yang akan dilaksanakan.
Advertisement
Tawarkan Kerjasama lewat PIAMARI dan MIAMARI
Selain mengikuti berbagai pertemuan dalam forum, delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia, Sjarief Widjaja, melakukan petemuan bilateral dengan Center Scientifique de Monaco (CSM). Mewakili KKP, ia mengajukan 4 proposal penelitian, concept paper, dan pengelolaan akuarium untuk dipertimbangkan oleh CSM.
“Kita harapkan, nantinya berbagai program yang ada di dalam proposal itu bisa dilaksanakan bersama-sama antara peneliti Monako dan Indonesia,” ucap Sjarief.
Ia juga menawarkan 2 fasilitas pusat penelitan dan peralatan di Indonesia yang dapat dimanfaatkan bersama oleh kedua negara untuk mempercepat penanggulangan isu-isu kelautan dan perikanan global yang tengah mengancam saat ini.
“Kita punya Pangandaran Integrated Aquarium and Marine Resarch Institute (PIAMARI) di Pangandaran dan Morotai Integrated Aquarium and Marine Research Institute (MIAMARI) di Morotai. Ini dapat kita gunakan bersama untuk mencapai penelitian bersama,” ujarnya.
Selanjutnya, KKP akan menyampaikan daftar fasilitas yang dimiliki secara detail beserta dengan kualifikasi keahlian yang dimiliki untuk diproses lebih lanjut.