Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, kembali meminta kepada seluruh maskapai penerbangan untuk menurunkan harga tiket pesawat. Hal tersebut tidak lepas dari masih tingginya harga tiket pesawat yang belakangan ini banyak dikeluhkan oleh masyarakat menjelang mudik Lebaran.
"Tapi kami memang mengimbau para maskapai itu memberikan tarif-tarif yang lebih terjangkau untuk Lebaran ini," katanya saat ditemui di GBK, Jakarta, Kamis (30/5/2019).
Pihaknya mengaku akan melakukan pengecekan terhadap beberapa harga tiket pesawat yang dibanderol oleh sejumlah maskapai maupun agen perjalanan. "Perlu saya cek lagi ya," katanya.
Advertisement
Baca Juga
Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Nur Isnin Istiartono, mengingatkan masyarakat agar berhati-hati ketika membeli tiket pesawat terbang lewat agen perjalanan. Masyarakat sebaiknya mengecek betul detail perjalanan ketika membeli tiket pesawat terbang.
Dia mengakui bahwa ada sebagian masyarakat yang mengeluh karena harga tiket yang mereka beli. Bahkan hingga melampaui tarif batas atas (TBA). Setelah dicek, ternyata tiket yang dibeli adalah multi rute alias bukan penerbangan langsung.
"Kemarin dari pengawasan tak ada rute yang lebih TBA. Pas dicek ternyata dia multi rute. Misalnya mau beli Jakarta- Surabaya ternyaya dia belinya tiket-Makassar-Bali-Surabaya," kata dia, di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Rabu (29/5).
"Jadi tiket pesawat langsung sudah habis, diupayakan (oleh travel agent) tapi bukan penerbangan langsung," imbuh dia.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan video pilihan berikut ini:
Duopoli Bisnis Penerbangan di Indonesia Bikin Harga Tiket Pesawat Mahal
Sebelumnya, Anggota Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Sudaryatmo mengatakan agar harga tiket pesawat bisa dijangkau oleh masyarakat maka tidak cukup dengan menurunkan tarif batas atas alias TBA. YLKI justru menyatakan keberatan dengan penurunan tarif batas atas tiket pesawat.
"Kami keberatan dengan langkah Kemenhub. Mestinya kalau TBA turun maka struktur cost juga harus diturunkan. Kemenhub anti pasar. Bagaimana menjadikan iklim persaingan penerbangan lebih kompetitif. Kalau ada iklim kompetitif akan mendorong Airlines efisien," kata dia, di Jakarta, Sabtu (25/5/2019).
Menurut dia, untuk menciptakan kompetisi, maskapai penerbangan selain Garuda Grup dan Lion Air Grup perlu diperkuat. Sebab dapat menjadi penyeimbang dalam bisnis penerbangan di Indonesia.
BACA JUGA
Maskapai semacam Air Asia, kata dia, bisa memberikan harga tiket pesawat yang lebih rendah dan terjangkau. Sayangnya, market share Air Asia masih kecil. "Air Asia market kecil, Indonesia ideal ada 3-5 air line independen. Sekarang baru ada 3 perusahaan, Lion Group dan Garuda Group dominan," ungkapnya.
Menurut dia, saat ini terjadi duopoli dalam bisnis penerbangan di Indonesia. Size perusahaan dan anak perusahaan yang besar membuat Garuda Indonesia dan Lion Air menjadi sangat dominan. Dia mengatakan di antara dua maskapai ini tidak terjadi kompetisi.
"Sebenarnya yang terjadi grup Garuda, Citilink, Sriwijaya, Lion Air, Batik, Wings itu tidak ada kompetisi sebetulnya. Karena dari sisi harga, Lion ikuti Garuda," tegas dia.
Berhadapan dengan kenyataan seperti ini, lanjut dia, kehadiran maskapai lain sangat diperlukan. "Apa bedanya cost mereka? AirAsia kenapa lebih murah? Efisiensi. Artinya efisiensi Garuda, Lion di-deliver ke konsumen. Kedua tiket mahal sturktur pasar industri aviasi cenderung ke duopoli kemudian dari dua kelompok besar tadi tidak berkompetisi satu leader, satu followers," imbuh dia.
"Langkah yang dilakukan bukan supaya harga tiket pesawat Lion, Garuda turun, tapi Pemerintah baca efisiensi di AirAsia dan menekan Garuda lebih efisien. Kalau AirAsia bisa lebih murah kenapa Lion dan Garuda tidak efisien," tandasnya.
Advertisement