Investasi 5 Sektor Ini Jadi Penentu Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dihadapkan dengan berbagai tantangan di 2020.

oleh Athika Rahma diperbarui 26 Agu 2019, 16:30 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2019, 16:30 WIB
BI Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen
Gubernur BI Perry Warjiyo bersiap Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (20/6/2019). Rapat memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pertumbuhan ekonomi Indonesia sedang mengalami tantangan. Kondisi ekonomi global yang berada di ambang ketidakpastian membuat negara berhati-hati dalam menentukan target pertumbuhan ekonomi tahun depan.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, Indonesia memiliki peluang untuk meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi dengan mengandalkan investasi swasta.

"Sekarang ini ketidakpastian global sedang ampun-ampunan. Trade war sulit sekali diprediksi. Tapi Indonesia, InsyaAllah, jauh lebih baik dari negara lain. Kita bersyukur konsumsi rumah tangga masih bagus, yang jadi masalah adalah mendorong investasi swasta, baik investasi konstruksi maupun non konstruksi," tuturnya di Jakarta, Senin (26/08/2019).

Perry melanjutkan, ada 5 sektor investasi swasta yang diprediksi menjadi tulang punggu pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu sektor infrastruktur, sektor manufaktur, sektor pariwisata, sektor perikanan (fishery) dan sektor digital.

Dirinya menyebut salah satu potensi Indonesia di bidang manufaktur adalah otomotif. Kemungkinan besar, Indonesia bakal bisa ekspor mobil sedan ke Australia.

Begitu pula dengan sektor pariwisata. Presiden Joko Widodo telah menentukan 4+1 destinasi super prioritas yang pembangunannya akan didukung penuh agar bisa meningkatkan pendapatan negara.

Selain itu, dalam sektor digital, Bank Indonesia fokus pada visi pengembangan Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025 untuk memastikan arus digitalisasi berkembang dalam ekosistem ekonomi dan keuangan digital yang kondusif.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Penurunan Suku Bunga BI Jaga Momentum Pertumbuhan Ekonomi RI

30 Wajib Pajak Dapat Penghargaan dari Sri Mulyani
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberi sambutan saat memberikan apresiasi dan penghargaan kepada 30 Wajib Pajak (WP) di Jakarta, Rabu (13/3). Acara ini mengambil tema 'Sinergi Wujud Cinta Negeri'. (Liputan6.com/JohanTallo)

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, merespon keputusan Bank Indonesia (BI) dalam menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps atau menjadi 5,50 persen. Menurut dia, keputusan Bank Sentral Indonesia tersebut sudah dipikirkan secara matang hingga dampak ke depannya.

"Tentu kita menghormati dari sisi keputusan Bank Indonesia yang dalam komunikasinya ingin agar momentum pertumbuhan ekonomi bisa tetap terjaga," kata Menteri Sri Mulyani, saat ditemui di Aula Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (23/8).

Dengan pelonggaran suku bunga acuan BI, pemerintah bersama Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mengawal perekonomian Indonesia dari dampak pelemahan ekonomi global. Oleh karenanya, pihaknya akan mempelajari dan menentukan sikap dari sisi kebijakan baik BI dan OJK.

"Tujuannya apa? Agar tetap perekonomian Indonesia bisa maju dari sisi pertumbuhan ekonomi bisa terjaga, stabilitas bisa kita jaga, dan dari sisi perkembangan pembangunan yang sudah dilakukan," jelas dia.

"Jadi policy yang sudah dilakukan oleh Bank Indonesia akan kita sinkronkan dengan pemerintah, baik fiskal ke depan maupun yang sekarang," sambung Sri Mulyani.

BI Turunkan Suku Bunga Acuan jadi 5,50 Persen

(Foto: Merdeka.com/Wilfridus S)
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Foto:Merdeka.com/Wilfridus S)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memutuskan menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,50 persen. Suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi sebesar 4,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan kebijakan tersebut konsisten dengan rendahnya prakiraan inflasi yang berada di bawah titik tengah sasaran. Tetap menariknya imbal hasil investasi aset keuangan domestik sehingga mendukung stabilitas eksternal. Serta, sebagai langkah pre-emptive untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi ke depan dari dampak perlambatan ekonomi global.

"Strategi operasi moneter tetap diarahkan untuk memastikan kecukupan likuiditas dan meningkatkan efisiensi pasar uang sehingga memperkuat transmisi kebijakan moneter yang akomodatif," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (22/8).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya