Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk memundurkan rencana lenjualan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) anak usaha perseroan yakni BNI Syariah dari tahun ini menjadi 2020.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni menyatakan, BNI masih harus memperkuat lini bisnis anak usaha sebelum bisa go public.
Advertisement
Baca Juga
"Kami kan sebenarnya merencanakan BNI Syariah (IPO), tapi tentunya ini harus kita perkuat terlebih dahulu," ujar dia di Menara BNI Pejompongan, Jakarta, Jumat (30/8/2019).
Dia menganggap, rencana IPO secara waktu pada tahun ini masih terlalu dekat. Sebab, seperti yang diutarakan sebelumnya, BNI Syariah masih harus berbenah diri.
"Sepertinya kalau melihat waktunya kayaknya mepet, enggak bisa. Pertama kita targetkan tahun ini. Kita lebih fokus tahun ini untuk persiapan penguatan perusahaan," ungkap dia.
Â
Bank Buku III
Sebelumnya, BNI Syariah menargetkan untuk menjadi Bank Buku III dengan cara mencatatkan saham perdana. Langkah itu dinilai bisa menambah modal inti perusahaan.
"Kenapa IPO? Memang termasuk salah satu strategi yang jadi pertimbangan kita. Namun yang paling dekat ialah untuk capital injection. Tapi yang jelas itu kami berupaya untuk jadi Bank Buku III di akhir tahun ini," tutur Direktur Bisnis SME dan Komersial BNI Syariah Dhias Widhyati.
Sementara itu, untuk saat ini modal inti perseroan sudah mencapai Rp 4,2 triliun. Itu berarti masih kurang Rp 800 miliar lagi dimana syarat modal inti untuk menjadi Bank Buku III adalah sebesar Rp 5-30 triliun.
"Rp 800 miliar apakah bisa dari laba ditahan? Kalau target laba dari pemegang saham pengendali Rp 868 miliar tercapai, yasudah Alhamdulillah. Tapi kalau dari target rencana bisnis bank (RBB) Rp 550 miliar, maksimal diharapkan dari capital injection," jelas dia.
Advertisement