BPS: Impor di Oktober Capai USD 14,77 Miliar

Realiasi ini mengalami penurunan tajam sebesar 16,39 persen dibandingkan dengan Oktober 2018 yang sebesar USD17,67 miliar.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Nov 2019, 10:22 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2019, 10:22 WIB
Kinerja Kerja Ekspor dan Impor Menurun
Aktivitas pekerja bongkar muat peti kemas di Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/10/2019). Angka tersebut menurun 9,99% dibandingkan Agustus 2018 yang sebesar US$ 15,9 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor pada Oktober 2019 mencapai USD14,77 miliar. Realiasi ini mengalami penurunan tajam sebesar 16,39 persen dibandingkan dengan Oktober 2018 yang sebesar USD17,67 miliar. 

Namun bila dibandingkan dengan September 2019 masih tercatat terjadi peningkatan 3,57 persen. Pada bulan sebelumnya, realiasi impor tercatat mencapai USD14,26 miliar. 

"Penurunan impor secara tahunan memang lumayan tajam," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Kantornya, Jakarta, Jumat (15/11).

Dia menjelaskan, laju impor migas maupun nonmigas di Oktober 2019 mengalami peningkatan bila dibandingkan secara bulanan. Sektor migas mengalami peningkatan 10,26 persen menjadi sebesar USD1,57 miliar dari USD1,59 miliar di September 2019.

Sedangkan untuk impor di sektor non migas tercatat mengalami kenaikan 2,73 persen menjadi USD13,02 miliar dari September 2019 yang sebesar USD12,67 miliar. 

Adapun komoditas non migas yang mengalami peningkatan nilai impor tertinggi yakni mesin/peralatan listrik sebesar USD122,5 juta, besi dan baja USD103,4 juta, ampas/sisa industri makanan USD59,2 juta, bahan bakar mineral USD48,9 juta, serta biji-bijian berminyak USD30,7 juta. 

Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan nilai impor terendah yakni mesin-mesin/pesawat mekanik USD109,9 juta, kapal laut dan bangunan terapung USD76 juta, bahan kimia organik USD38,1 juta, lalu bijih, kerak dan abu logam USD25,4 juta, serta garam, belerang, kapur USD16,7 juta. 

Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-Oktober 2019 ditempati oleh Tiongkok dengan ni|ai USD 36,32 miliar (29,46 persen), Jepang USD 13,28 miliar (10,77 persen), dan Thailand USD 7,92 miliar (6,42 persen). |mpor nonmigas dari ASEAN USD 24.343,6 (19,75 persen), sementara dari Uni Eropa US$10.214,1 (8,29 persen). 

Adapun secara sepanjang Januari-Oktober 2019 kinerja impor Indonesia tercatat mencapai USD140,89 miliar. Realisasi ini lebih rendah 9,94 persen dari periode Januari-Oktober 2018 yang sebesar USD156,44 miliar.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bulog Batal Impor Daging Sapi Brasil, Ini Kata Mendag

20160125-Harga Daging Sapi di Jakarta Melonjak Hingga Rp 130 Ribu/Kg-Jakarta
Pedagang memotong daging sapi di Pasar Senen, Jakarta, Senin (25/1). Peraturan Pemerintah yang membebankan pajak 10% untuk setiap penjualan sapi impor berdampak pada naiknya harga daging sapi di sejumlah pasar tradisional. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Perum Bulog beberapa waktu lalu telah membatalkan impor 30 ribu ton daging sapi asal Brasil. Penugasan ini diberikan kepada Bulog berdasarkan hasil rapat koordinasi oleh beberapa kementerian di kantor Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menegaskan, kebijakan yang diambil Bulog tersebut tidak melanggar penugasan yang diberikan dalam rakortas.

"Tidak, tidak ada menyalahi apa-apa," ujar Agus, saat ditemui, di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (13/11).

Lembaga yang dipimpin Budi Waseso itu, kata dia, memperhitungkan kecukupan stok daging sapi di dalam negeri. 

"Impor itu kan harus melihat situasi dan kondisi di lapangan. Tujuan impor itu ada dua hal. Pertama untuk kecukupan pasokan dan sebagainya," kata dia.

"Dan impor harus hati-hati tidak mengubah iklim usaha yang ada di daerah. Karena nanti mengganggu ekonomi kerakyatan di sini," ucapnya.

Komoditas daging sapi juga menjadi fokus perhatian Kemendag jelang Natal dan Tahun Baru. Tim pemantau stabilitas harga, stok, dan pasokan bahan pangan pun akan diluncurkan.

"Justru dengan turun ke lapangan ini kita akan tahu kecukupan pasokan dan sebagainya. Andai kata tidak cukup, kita akan bicara dengan Bulog juga bagaimana memenuhinya," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya