Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi hari ini mengujungi Tuban, Jawa Timur. Di sana, Jokowi meninjau penyelesaian kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI).
Ada yang lain dalam kunjungannya kali ini. Untuk pertama kali, Jokowi bertemu dengan mantan Wakil Gubernurnya semasa menjari Gubernur DKI Jakarta, yaitu Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Keduanya berbincang mengenai rencana penyelesaian pengembangan kilang tersebut.
Baca Juga
Kilang TPPI sendiri sudah dibangun sejak lebih dari dua dekade lalu, namun kemudian tersendat karena beberapa masalah. Setelah TPPI diakuisisi, PT Pertamina (Persero) akan membangun TPPI menjadi pabrik petrokimia terpadu. Apabila telah berproduksi secara penuh, kata, TPPI memiliki potensi yang bisa menghemat devisa hingga 4,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp56 triliun.
Advertisement
Seperti diketahui, Ahok kini telah menjadi Komisaris Utama Pertamina. Proses percepatan pembangunan kilang memang menjadi tugas utama Presiden Jokowi kepada Ahok.
"Ya ini kilang TPPI Trans Pacific Petrochemical Indotama. Ini adalah merupakan salah satu kilang yang terbesar di negara kita, yang dapat menghasilkan produk aromatik, baik para-xylene, ortho-xylene, bensin, toluene, heavy aromatic, dan juga penghasil BBM, premium, pertamax, elpiji, solar, kerosene, ini bisa untuk semuanya," kata Jokowi di Tuban, Sabtu (21/12/2019).
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Selesai 3 Tahun
Melihat besarnya potensi kilang tersebut, Presiden langsung menyampaikan kepada Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, dan Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama untuk segera menyelesaikan kilang tersebut. Terlebih, Presiden mengatakan, dirinya telah cukup lama menunggu penyelesaian kilang tersebut.
"Oleh sebab itu, tadi saya sampaikan kepada Menteri BUMN, Dirut Pertamina, dan Komut Pertamina agar tidak lebih dari 3 tahun, harus rampung semuanya. Mintanya tadi 4 tahun, 3 tahun harus rampung semuanya. Entah itu dengan kerja sama, entah itu dengan kekuatan sendiri. Saya kira ada pilihan-pilihan yang bisa diputuskan segera. Tapi saya minta nanti di bulan Januari sudah ada kejelasan mengenai ini karena ini saya tunggu sudah 5 tahun," jelasnya.
Dalam berbagai kesempatan seperti rapat terbatas, rapat paripurna, hingga rapat dengan kepala daerah, Kepala Negara berulang kali menyampaikan pentingnya substitusi produk-produk impor, salah satunya petrokimia.
Presiden berharap, setelah berproduksi maksimal, industri petrokimia ini dapat membantu menyelesaikan masalah defisit transaksi berjalan yang dialami Indonesia.
Advertisement