Survei BI: Inflasi Desember 0,55 Persen, Terendah dalam 5 Tahun Terakhir

Sementara secara tahunan, BI mencatat inflasi sebesar 2,93 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Des 2019, 14:01 WIB
Diterbitkan 27 Des 2019, 14:01 WIB
Inflasi
Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada minggu keempat Desember 2019 menunjukan angka inflasi sebesar 0,55 persen secara month to month (mtm). Sementara secara tahunan inflasi tercatat sebesar 2,93 persen.

Gubernur BI, Perry Warjioyo menyebutkan angka inflasi kali ini lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya dimana akhir tahun merupakan momen terjadi lonjakan harga sebab ada hari raya dan menjelang tahun baru. Namun rupanya inflasi dapat terkendali.

"Jadi seperti kami sampaikan, ini di bawah rata-rata historis 5 tahun yang 0,58 persen. Dan Alhamdulillah ini di bawah 3 persen. Karena perkiraan kami sebelumnya 3,1 persen," kata dia , di Mesjid BI, Jakarta, Jumat (27/12).

Perry menegaskan, inflasi kali ini disumbang oleh tarif angkutan udara yakni sebesar 0,07 persen. Diikuti oleh telur ayam sebesar 0,08 persen, bawang merah 0,08 persen.

Namun, ada beberapa komoditi yang justru menyubang deflasi. Yaitu beberapa jenis cabai.

"Sementara yang deflasi cabe merah 0,05 persen, cabe rawit 0,02 persen," tutupnya.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Realisasi Inflasi Oktober 2019 di Bawah Estimasi BI

BI Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen
Gubernur BI Perry Warjiyo bersiap Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (20/6/2019). Rapat memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) menunjukan inflasi bulan Oktober 2019 disumbang oleh daging ayam ras. Hal itu disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo, di Mesjid Kompleks Gedung BI, Jakarta, Jumat (1/11).

"(Inflasi) dari BPS malah lebih rendah dari estimasi Bank Indonesia. Kalau BPS inflasinya 0.02 persen mtm," kata dia.

Sementara itu, secara tahunan atau year on year (yoy) inflasi masih berada pada angka 3,13 persen.

"Sumber-sumbernya sih hampir sama seperti daging ayam ras dan seterusnya dalam konteks yang memang lebih tinggi dari SPH kami, begitu juga untuk yang rumah tinggal," ujarnya.

Sementara itu, beberapa komoditi lainnya ada yang deflasi yaitu cabai. Hal ini kata dia, menunjukan bahwa daya beli masyarakat masih terjaga.

"Tapi intinya dari situ bahwa inflasi rendah dan tterkendali dan ini mendukung terjaganya daya beli masyarakat dengan harga-harga yang terkendali ini," ujarnya.

Oleh karena itu, dia optimis inflasi di akhir tahun masih akan sesuai target. "Juga mengkonfirmasi perkiraan Bank Indonesia pada akhir tahun ini insya Allah inflasi akan di bawah titik tengah sasaran 3,5 persen," tutupnya.

Sebelumnya, harga daging ayam di Pasar Ciputat, Tangerang Selatan terpantau naik sebesar Rp3.000 dari harga Rp20.000 per kilogram (kg) menjadi Rp23.000 per kg.Salah satu penjual daging ayam, Abe mengatakan, harga tersebut naik terpengaruh oleh kurangnya air sehingga biaya produksi dinaikkan. Sementara itu, dari sisi pasokan, Abe mengaku pasokan ayam masih mencukupi.

Pedagang berharap harga ayam bisa turun lagi agar penjualan di pasaran laku, dan konsumen tidak merasa keberatan.

"Kalo lagi naik kita kadang rugi soalnya yang minat dikit. Ya kita mau turun saja lah itu harga ayam tidak usah naik-naik lagi," kata Abe saat diwawancarai Merdeka.com, Kamis (31/10).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya