Dampak Virus Corona, Harga Emas Bakal Bergerak Fluktuatif Pekan Ini

Emas merupakan investasi yang aman dan dapat diandalkan selama masa-masa sulit seperti ini.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 23 Mar 2020, 07:30 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2020, 07:30 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Indeks saham utama AS terus melonjak dari hijau ke merah pada Jumat lalu karena emas berjuang untuk mempertahankan kenaikan hariannya dengan harga emas yang tersisa di bawah USD 1.500 per ons. Emas berjangka comex terakhir untuk pengiriman April akan ditutup pada USD 1,494.00 minggu ini.

Ketidakpastian pasar masih akan berlanjut hingga minggu depan karena wabah COVID-19 atau virus corona terus menyebar di AS dan Eropa, menutup banyak bisnis dan mengganggu perekonomian lokal.

Baru-baru ini, Gubernur California, Gavin Newsom mengeluarkan kebijakan untuk tinggal di rumah dan secara efektif berlaku mulai Kamis malam.

Kemudian, pada hari Jumat, Gubernur New York, Andrew Cuomo memerintahkan semua bisnis yang tidak penting untuk dikerjakan dari rumah dalam upaya untuk menekan penyebaran virus corona.

Kepala Ekonom Internasional ING, James Knightley menyebutkan akibat dari kebijakan tersebut adalah data pengangguran awal minggu lalu melonjak 70 ribu atau 33 persen menjadi 281 ribu.

"Namun diperkirakan lonjakan yang lebih besar kemungkinan akan terjadi minggu depan," katanya.

Situasi tersebut ternyata berdampak pada harga emas. Sebab, emas merupakan investasi yang aman dan dapat diandalkan selama masa-masa sulit seperti ini.

Ahli strategi komoditas TD Securities, Daniel Ghali melihat level USD 1.440 pada sisi negatifnya dan USD 1.515 per ons pada terbalik untuk minggu depan untuk emas berjangka.

Selama beberapa minggu terakhir, ada lonjakan besar-besaran dalam permintaan dolar AS, dan terlihat banyak investor menjual emas. Menurut Ghali, hal tersebut didorong oleh perusahaan-perusahaan yang perlu mengamankan kas mereka untuk membayar karyawan.

Meski demikian, banyak analis tetap netral terhadap harga emas sementara waktu. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pilihan untuk menguangkannya masih berlanjut untuk dipertimbangkan.

“Tidak dapat diketahui siapa pun mengambil posisi besar dalam situasi sekarang. Cash (uang tunai) adalah raja dan akan tetap seperti itu, ”kata kepala analisis pasar untuk EMEA dan kawasan Asia untuk INTL FCStone, Rhona O'Connell.

Menurut O'Connell, setiap pembalikan arah dalam saham atau pasar lain cenderung membuktikan kecenderungannya hanya sementara.

“Semuanya yang berbalik arah, umumnya berlangsung sangat sebentar. Penggerak utama dalam pasar adalah tergantung pada apa yang terjadi dengan rangsangan fiskalnya ”katanya kepada Kitco News, Jumat (20/3/2020).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Dampak Virus Corona

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Menurutnya, ketidakpastian terkait dengan wabah COVID-19 akan tetap mempengaruhi pergerakan pasar utama minggu depan, sebab itu bukan krisis buatan manusia seperti yang terjadi pada tahun 2008, sehingga sulit untuk dipastikan.

"Banyak orang harus menguangkannya. Karena ini memang sudah menjadi mekanisme untuk mengumpulkan uang," kata O'Connell.

"Setelah semuanya kembali pada jalur yang stabil, akan ada penyeimbangan kembali dan lebih banyak minat masuk ke dalamnya," imbuhnya.

Kepala Blue Line Futures, Phillip Streible mengungkapkan, level USD 1.500 tetap menjadi titik kritis untuk emas minggu depan.

Emas akan mengalami kesulitan bergerak naik sementara banyak investor dipaksa untuk menjual logam demi mengumpulkan uang tunai untuk menutupi kerugian selama corona.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya