Harga Emas Naik di Tengah Ketegangan AS-China

Sekretaris Negara AS Mike Pompeo mengatakan ada bukti bahwa virus Corona muncul dari laboratorium China. Pernyataan tersebut mendorong kenaikan harga emas.

oleh Arthur Gideon diperbarui 05 Mei 2020, 07:30 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2020, 07:30 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Kenaikan harga emas tersebut karena adanya ketegangan baru antara Amerika Serikat (AS) dengan China terkait wabah virus Corona.

Ketegangan antara AS dengan China terkait Corona ini dikhawatirkan bisa memicu babak baru perang dagang antara kedua belah negara sehingga kembali mengganggu perekonomian dunia. Investor pun mencari tempat lindung nilai dengan mengoleksi emas.

Mengutip CNBC, Selasa (5/5/2020) harga emas di pasar spot naik 0,5 persen menjadi USD 1.705,62 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS naik 0,7 persen menjadi USD 1.713,30 per ounce.

"Ada pelarian ke tempat yang lebih aman karena bursa saham terlihat melemah," jelas analis senior RJO Futures Bob Haberkorn.

"Mungkin akan ada banyak masalah yang muncul selama beberapa bulan ke depan dengan China, dan seluruh dunia karena virus ini." tambah dia.

Pasar saham global jatuh karena kekhawatiran akan ketegangan AS-Cina tentang asal-usul wabah Corona akan memicu perang dagang baru.

Inggris mengatakan bahwa China memiliki tugas untuk menjawab beberapa pertanyaan terkai wabah ini.

Sekretaris Negara AS Mike Pompeo mengatakan pada hari Minggu ada bukti bahwa penyakit ini muncul dari laboratorium China, tetapi tidak membantah kesimpulan badan intelijen AS bahwa itu bukan buatan manusia.

"Perang dagang AS-China yang bisa terjadi nanti mungkin bisa menjadi katalisator kenaikan harga emas. Namun jika hal ini tidak terwujud, kami melihatnya agak berat bagi emas untuk reli," tulis analis OCBC Bank dalam sebuah catatan.

Bagaimana Nasib Harga Emas Pekan Ini?

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Sebelumnya, harga emas telah berhasil kembali ke level USD 1.700 per ons pada perdagangan Jumat pekan lalu ketika Presiden AS Donald Trump menaikkan tekanan geopolitik dengan mengancam tarif baru terhadap China atas krisis virus Corona.

Namun, untuk pekan lalu emas turun lebih dari 1,5 persen. Meski demikian, para analis yakin bahwa logam mulia akan bergantung pada meningkatnya ketegangan geopolitik dan data ekonomi yang lebih buruk minggu ini.

Dikutip dari Kitco, Senin (4/5/2020), Pakar Logam Gainesville Coins, Everett Millman mengatakan yang harus diwaspadai pada minggu ini adalah ketegangan AS-China dengan pasar yang mengincar potensi eskalasi dari kedua belah pihak.

"Itu benar-benar sesuatu yang seharusnya ada di radar semua orang karena itu bisa menjadi sangat buruk dengan sangat cepat," katanya. 

"Jauh sebelum coronavirus, faktor ekonomi makro dan geopolitik besar untuk harga emas adalah perang dagang antara AS dan Cina. Jadi, jika ketegangan itu meningkat lagi, kita bisa kembali ke penggerak utama pasar global, terutama jika China membalas secara retoris melawan AS,"  lanjut dia.

Trump mengatakan kepada wartawan pada Kamis pekan lalu bahwa perjanjian perdagangan fase-satu dengan China sekarang menjadi sekunder dari pandemi virus corona karena mengancam tarif baru terhadap Beijing.

"Kami menandatangani kesepakatan perdagangan di mana mereka seharusnya membeli, dan mereka sebenarnya telah membeli banyak. Tapi itu sekarang menjadi sekunder dari apa yang terjadi dengan virus," kata Trump.

Sementara itu, Kepala strategi pasar Blue Line Futures Phillip Streible mengatakan dirinya masih optimis dengan pergerakan harga emas.

"Saya pikir USD 1.700 adalah zona nilai yang baik. Saya benar-benar ingin melihat pasar menahan (harga emas) USD 1.660," ungkap dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya