Harga Emas Melonjak karena Suku Bunga The Fed Terus Turun

The Fed akan terus menjalankan kebijakan dovish dengan terus menekan suku bunga riil sehingga memberikan peluang bagi harga emas.

oleh Arthur Gideon diperbarui 09 Jun 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2020, 09:00 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta), setelah mengalami tekanan yang sangat dalam pada perdagangan sebelumnya.

Pendorong kenaikan harga emas ini karena harapan dari para investor akan kebijakan moneter dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) yang dovish.

Mengutip CNBC, Selasa (9/6/2020), harga emas di pasar spot naik 0,7 persen menjadi USD 1.696,79 per ounce. Sedangkan untuk harga emas berjangka AS naik 1,3 persen ke level USD 1.705,1 per ounce.

"The Fed akan terus menjalankan kebijakan dovish. Mereka akan terus menekan suku bunga riil dan itulah pendorong utama untuk pembelian emas selama beberapa bulan terakhir," kata analis TD Securities Daniel Ghali.

Selain itu, berbagai kebijakan makro yang ditempuh AS juga mendorong kenaikan harga emas.

Harga emas telah jatuh sebanyak 2,4 persen menjadi USD 1.670,14 per ounce pada perdagangan Jumat, terendah dalam lebih dari sebulan.

Penurunan terjadi setelah kenaikan tak terduga data lapangan kerja AS yang meningkatkan harapan untuk pemulihan cepat dalam ekonomi global dan meningkatkan minat investor untuk aset berisiko.

"Harga emas tembus di bawah USD 1.700 pada hari Jumat sekali lagi menarik beberapa permintaan dari investor, yang telah menunggu di sela-sela untuk koreksi." kata analis Saxo Bank, Ole Hansen.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Harga Emas Bakal Tertekan Sepanjang Pekan Ini

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Sebelumnya, harga emas diperkirakan akan mengalami tekanan pada pekan ini melanjutkan pelemahan yang terjadi pada Jumat lalu. Angka pengangguran di Amerika Serikat (AS) yang turun membuat investor melakukan aksi jual emas.

Mengutip Kitco, Senin (8/6/2020), sebanyak delapan analis dari 17 analis Wall Street, atau 47 persen memperkirakan harga emas melemah pada minggu ini. Sedangkan enam analis atau 35 persen memperkirakan harga bakal melambung. Susanya atau tiga analis atau 18 memilih untuk netral.

Sedangkan sebanyak 1.367 suara diberikan dalam jajak pendapat online. Dari jumlah tersebut, 842 responden atau 62 persen mengatakan bahwa harga emas akan naik di minggu ini.

Sebanyak 282 responden atau 21 persen mengatakan harga emas akan lebih rendah. Sementara 243 responden atau 18 persen memilih netral.

Pasa survei sebelumnya atau pada survei pekan lalu, pelaku pasar maupun analis memperkirakan harga emas akan mengalami lonjakan besar. PAda kenyataannya pada perdagangan Jumat lalu, harga emas Comex untuk pengiriman Agustus turun 4 persen dan bertengger di USD 1.682,40 per ounce.

Analis LaSalle Futures Group, Charlie Nedoss, mengatakan bahwa ada potensi penurunan lebih dalam pada harga emas dalam waktu dekat ini.

Dalam analisis teknikal yang ia lakukan, harga emas telah jatuh di bawah rata-rata harga dalam 50 hari terakhir. Hal tersebut akan mendorong investor melakukan aksi jual. "Akan banyak uang keluar. Bagi saya, tren sudah berubah," kata dia.

aalis senior Kitco Jim Wyckoff menambahkan, harga emas akan stabil dengan kecenderungan melemah setelah adanya peningkatan akan selera risiko pada pekan lalu.

Bursa saham terus melanjutkan pemulihan tanpa henti, dengan Dow Jones Industrial Average telah naik lebih dari 1.000 poin hingga pada Jumat.

"Risiko besar dalam perdagangan emas minggu ini adalah the Federal Reserve menyoroti bahwa ekonomi belum seburuk yang dikhawatirkan," tambah analis ForexLive, Adam Button.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya