Menengok Keuntungan dan Ancaman Merger Gojek dan Tokopedia Jadi GoTo

Layanan GoTo akan memberikan beberapa keuntungan untuk ekonomi nasional, minimal dalam dua hal.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Mei 2021, 11:15 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2021, 11:15 WIB
Gojek dan Tokopedia bentuk GoTo, grup teknologi terbesar di Indonesia.
Gojek dan Tokopedia bentuk GoTo, grup teknologi terbesar di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Gojek dan Tokopedia resmi bergabung dengan membentuk Grup GoTo. Pembentukan Grup GoTo ini merupakan kolaborasi dua perusahaan internet dan layanan media terbesar di Indonesia dan Asia saat ini.

Ketua Bidang Keuangan dan Perbankan  Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi) Ajib Hamdani menilai, merger kedua bisnis e-commerce dan ride hailing ini akan mendongkrak nilai valuasi dan meningkatkan penguasaan pasar ekonomi Indonesia.

Mengutip dari data GoTo, lalu lintas transaksi lebih dari Rp 1,8 miliar pada 2020, lebih dari 2 juta mitra driver, lebih dari 11 juta mitra usaha, dan lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan (Monthly Active User/MAU). Sehingga terjadi perputaran ekonomi yang luar biasa mencapai lebih dari USD 22 miliar atau setara dengan Rp 314 triliun.

Kalau dibandingkan data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2020 sebesar Rp 15.434,2 triliun, maka perputaran di GoTo memberikan kontribusi sekitar 2 persen.

"Layanan GoTo ini tentunya akan memberikan beberapa keuntungan untuk ekonomi nasional, minimal dalam dua hal," kata Ajib kepada merdeka.com, pada Selasa (18/5/2021).

Ajib menjelaskan keuntungan pertama didapat dari merger dua perusahaan besar itu adalah terkait dengan digitalisasi ekonomi dan kemudahan bagi konsumen. Hal ini akan memberikan harga terbaik buat konsumen dan seluruh masyarakat Indonesia atas kebutuhan konsumsi yang dibutuhkan.

Menurutnya, persaingan menjadi sangat bebas dari sisi produsen. Efek selanjutnya adalah menjadi bagian instrumen yang bisa menekan inflasi. Karena persaingan terjadi secara sempurna untuk seluruh pelaku ekonomi.

Kedua, keuntungan secara nasional adalah potensi penerimaan pajak yang bisa ditingkatkan dengan pengawasan tax compliance seluruh pelaku ekonomi yang masuk dalam ekosistem bisnis GoTo. Produsen akan diketahui omsetnya. Sisi lain, konsumen akan diketahui kemampuan belanjanya, sehingga bisa diukur berapa penghasilan normal per bulannya.

"Digitalisasi menjadi alat buat negara untuk mempermudah pengawasan. Tetapi, hal ini dengan catatan, tax officer mengeluarkan regulasi bersifat mandatory untuk membuat koneksi database GoTo dengan sistem perpajakan Indonesia.Kisaran tax ratio sebesar 8 persen pada tahun 2020 akan terdongkrak pada tahun-tahun mendatang," terangnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ancaman

Gojek dan Tokopedia bentuk GoTo, grup teknologi terbesar di Indonesia.
Gojek dan Tokopedia bentuk GoTo, grup teknologi terbesar di Indonesia.

Di sisi lain, ada ancaman secara ekonomi nasional yang harus diwaspadai dalam proses bisnis ini, minimal atas dua hal.

Pertama, bagaimana kesiapan UKM di Indonesia. Penopang lebih dari 60 persen PDB ini sangat rentan dengan persaingan yang bebas dan terbuka. Karena UKM di Indonesia menghadapi beberapa masalah mendasar, diantaranya rendahnya produktivitas dan tingginya Harga Pokok Produksi (HPP) karena proses ekonomi yang tidak efisien.

"Hal inilah yang melatarbelakangi Presiden Jokowi selalu mengingatkan gagasan besarnya untuk melakukan peningkatan kualitas SDM dan juga deregulasi. Sepanjang UKM Indonesia masih berkutat dengan masalah-masalah ini, produk asing akan membanjiri Indonesia. Dan trend inilah yang sudah mulai terjadi," sebutnya.

Ancaman kedua, siapakah pemilik mayoritas dalam struktur bisnis GoTo ini. Tokopedia dan Gojek adalah dua perusahaan yang secara ikonik menjadi representasi Indonesia, karena para foundersnya adalah orang Indonesia. Dalam perjalanan bisnis selanjutnya, dirinya mempertanyakan apakah pemegang saham mayoritas masih orang-orang Indonesia.

Karena secara bisnis, selanjutnya ini akan menentukan mengalirnya arus uang yang menjadi keuntungan atas siklus ekonomi di ekosistem bisnis ini, apakah akan tetap mengalir di dalam negeri, atau justru mempermulus aliran uang ke luar negeri.

"Dengan melihat potensi keuntungan dan 'ancaman' yang jelas di depan mata, apa yang perlu dilakukan oleh pemerintah? Dengan infrastruktur BUMN serta kewenangan regulasi yang dimiliki, pemerintah seharusnya mengakselerasi pembuatan digital platform yang bisa menjadi penyeimbang," jelasnya.

"Karena tujuan dari BUMN, selain financially profit, juga untuk social welfare. Pemerintah bisa memainkan peran ekonomi terbaik pada saat dibutuhkan untuk kepentingan masyarakat luas dan kepentingan ekonomi nasional," katanya menambahkan.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya