Liputan6.com, Jakarta - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto, coba memahami aksi beberapa perusahaan migas besar dunia seperti Total, Chevron dan Shell yang ingin angkat kaki dari Indonesia.
Itu selaras dengan upaya Pemerintah Indonesia yang ingin sektor industri hulu migas lebih banyak dikuasai perusahaan dalam negeri.
"Sebagai perusahaan besar, tentu kita sadari keinginannya adalah jadi operator. Jadi ketika ada akuisisi yang kemungkinan tidak jadi operator, mungkin mereka akan memikirkan kembali," kata Dwi Soetjipto, Rabu (22/12/2021).
Advertisement
Meski banyak pemain global yang keluar, ia juga tahu ada beberapa pendatang baru yang masuk. Kemudian ada pula Mubadala asal Uni Emirat Arab, PetroChina, Petronas, hingga ExxonMobil yang tetap bertahan di Indonesia.
Dwi mengatakan, sekelompok perusahaan besar tersebut juga cukup agresif melakukan penambahan investasi baru. Seperti dilakukan Premier Oil yang berani berinvestasi di daerah cukup rawan, Natuna.
"Jadi saya kira yang perlu disampaikan kepada publik, cukup banyak juga pemain-pemain internasional yang masih tetap stay. Bahkan yang baru masuk juga," ucap dia.
Baca Juga
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Indonesia Masih Seksi
Dia pun turut menceritakan perjalanannya saat berkunjung ke Eropa dan Amerika. Di sana, dia berjumpa beberapa pemain internasional, dan mereka menyampaikan minatnya menanamkan investasi di Indonesia.
"Bahkan sekarang migas non-konvensional pun cukup banyak yang sudah aktif, juga banyak yang berminat untuk ini," ujar Dwi Soetjipto.
Advertisement