Liputan6.com, Jakarta - PT Freeport Indonesia (PTFI) menghentikan sementara kegiatan penambangan dan pengolahan. Langkah Freeport Indonesia menghentikan operasional ini karena banjir lumpur di sebagian lokasi area tambang dan pabrik pengolahan konsentrat (Mill-Concentrating).
Direktur Utama Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan, selain sebagian lokasi pabrik yang mengalami banjir, ada beberapa ruas jalan tambang yang juga mengalami kerusakan.
Baca Juga
"Sehingga aktivitas penambangan dan pengolahan dihentikan sementara untuk proses pemulihan," katanya dikutip dari Antara, Minggu (12/2/2023).
Advertisement
Saat ini tim Emergency Preparedness and Response (EPR) PTFI sudah diaktifkan untuk melakukan tindakan yang diperlukan guna proses pemulihan area tambang yang terdampak akibat curah hujan tinggi yang terjadi pada Sabtu kemarin.
Dia menjelaskan Freeport Indonesia telah melakukan penjemputan dan mengevakuasi 14 orang karyawan yang tertahan dalam gedung perkantoran, dan saat ini mereka dalam keadaan sehat.
"Kami bersyukur tidak ada laporan korban jiwa atas kejadian ini, dan kami lebih mengutamakan keselamatan bagi seluruh karyawan yang bertugas di lokasi," ujarnya pula.
Dia menambahkan, sejak Sabtu 11 Februari 2023 malam, pihaknya terus melakukan upaya pembersihan dan pemulihan dengan aman dan sesuai prioritas sehingga operasi bisa berjalan sesuai yang diharapkan dan dapat kembali normal.
"Situasi wilayah Tembagapura khususnya area pabrik di MP 74 saat ini masih terkontrol dengan baik," katanya lagi.
Realisasi Pembangunan Smelter Freeport Lampaui Target
Sebelumnya, pembangunan smelter tembaga baru milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik, Jawa Timur terus berjalan. Informasi terbaru, proses pengerjaannya mencapai 54 persen, di atas dari target yang ditetapkan.
Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas menyampaikan pencapaian itu mengacu pada pengerjaan hingga akhir Januari 2023. Sementara, target yang ditetapkan pada periode yang sama adalah 52,9 persen, artinya sudah ada kemajuan pembangunan yang signifikan.
"Ini kalau menurut rencana kurva S rencananya 52,9 persen sampai Januari ini melebihi target rencana yang kita tetapkan," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Senin (6/2/2023).
Dia merinci, pembangunan tiang pancang untuk smelter ini telah rampung 100 persen, lalu concrete beton sudah 50 persen, instalasi baja 13 persen, instalasi baja untuk tangki 15 persen, serta pembangunan pelabuhan khusus untuk keperluan angkutan smelter sudah mencapai 90 persen.
"Di JIIPE (Java Integrated and Industrial Port Estate) itu sekarang sudah ada 1 pelabuhan, tapi ini untuk tenan lainnya. Sementara yang 90 persen itu pelabuhan yang kawasan JIIPE untuk kepentingan PTFI, jadi akan ada 2 pelabuhan nanti disitu," urainya.
Dari sisi biaya, Tony menyampaikan kalau biaya yang keluar untuk pembangunan sudah mencapai USD 1,78 miliar atau setara Rp 27 triliun. Ini lebih dsri setengahnya biaya oembangunan yang ditetapkan sebesar USD 3 miliar atau setara Rp 45 triliun.
Advertisement
Terlambat Karena Pandemi
Tony menuturkan alasan terlambatnya proyek ini diselesaikan dari target awal yang ditetapkan. Penyebabnya adalah adanya oandemi Covid-19 yang menghambat proses proyek.
Namun, mengacu pada proyeksi pembangunan dalam Kurva S yang dibuat terbaru, smelter baru PTFI ini diprediksi rampung pada akhir 2023.
"Memang di 2020 terdampak pandemi, sebagain besar dunia, termasuk Gresik, sehingga kami ajukan ke pemerintah ada keterlambatan sebagaimana proyek lain di dunia kami ajukan kurva S yang baru. Sampai akhir 2023 konstruksi fisik selesai, tahun 2024 produksi dan selanjutnya ramp up," paparnya.