Tembus Target Net Zero Emission 2060, Siapkah Indonesia?

Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury ingin agar sektor publik dan swasta bekerja sama dalam mencapai Net Zero Emission untuk Indonesia.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 09 Jul 2023, 09:30 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2023, 11:40 WIB
Hutan Bakau di Pesisir Marunda Memprihatinkan
Indonesia tengah dalam masa transisi menuju target pengurangan emisi Green House Gas (GHG) sebesar 29 persen tanpa syarat, dan sebesar 41 persen dengan syarat.(merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia tengah dalam masa transisi menuju target pengurangan emisi Green House Gas (GHG) sebesar 29 persen tanpa syarat, dan sebesar 41 persen dengan syarat. Indonesia juga telah berkomitmen untuk mencapai Net Zero Emission paling lambat pada 2060.

Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury mengatakan, saat ini transisi Indonesia menuju net zero menjadi topik hangat karena negara berambisi untuk mencapai pengurangan emisi karbon sampai 32 persen pada 2030.

"Untuk menjawab tantangan yang ada, sektor yang paling berpengaruh dalam hal ini adalah sektor finance atau keuangan, dimana kita harus mencari cara yang kreatif untuk bisa mewujudkan target yang akan kita capai melalui keuangan yang lebih baik. Kedua, adalah bagaimana Indonesia mengembangkan market karbon," ujar Pahala, Sabtu (8/7/2023).

Pahala ingin agar sektor publik dan swasta bekerja sama dalam mencapai Net Zero Emission untuk Indonesia. "Target kita paling utama adalah mensosialisasikan dan juga supaya semakin banyak distribusi emiten maupun fund-fund dalam hal disclosure terkait mengenai ESG," imbuhnya.

Wakil Menteri Kementerian Lingkungan Hidup Alue Dahong mengatakan, sektor energi menjadi kontributor terbesar dalam emisi karbon. Untuk itu, jika tidak melakukan penurunan emisi dengan melakukan efisiensi energi dan transformasi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan, maka Indonesia tidak akan mecapai Net Zero Emission pada 2060.

"Ada misleading bahwa emisi hanya dilakukan oleh pemerintah semata, tentu tidak. Emisi dan target bauran emisi dilakukan di semua sektor termasuk energi. Penurunan emisi ini ada yang dilakukan oleh pemerintah ada yang dilakukan oleh partners," katanya.

 

2 Inisiatif Pertamina NRE

Melalui sertifikasi ISCC, Produk HVO Pertamina memperoleh pengakuan bahwa penggunaan produk ini berkontribusi pada penurunan emisi karbon hingga 65-70% dari bahan bakar umumnya sehingga layak disebut sebagai green product.
Melalui sertifikasi ISCC, Produk HVO Pertamina memperoleh pengakuan bahwa penggunaan produk ini berkontribusi pada penurunan emisi karbon hingga 65-70% dari bahan bakar umumnya sehingga layak disebut sebagai green product.

Sementara Direktur Utama Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), Dannif Danusaputro menjelaskan bagaimana pihaknya bergerak maju dalam transisi energi, sambil tetap memastikan ketahanan energi bagi Indonesia melalui aspirasi net zero emission pada 2060.

"Pertamina memiliki 2 inisiatif untuk mencapai net zero emission yaitu dekarbonisasi bisnis dan membangun bisnis baru. Inisiatif dekarbonisasi antara lain dengan efisiensi energi, pembangkit listrik berbasis energi hijau, pemanfaatan kendaraan listrik, CCS/CCUS internal, bahan bakar rendah emisi," ungkapnya.

"Inisiatif yang kedua adalah membangun bisnis baru yang meliputi pengembangan energi terbarukan, EV charging dan battery swap, natural based solutions, pengembangan hidrogen Biru/Hijau, pembangunan ekosistem baterai dan EV, Biofuel, CCS/ CCUS terintegrasi, dan bisnis pasar karbon," paparnya.

 

3 Pilar Pertamina NRE

Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) mampu meningkatkan pemanfaatan listrik yang bersumber dari energi hijau 267 persen di 2022 dibandingkan kapasitas pada tahun sebelumnya. (Dok Pertamina)
Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) mampu meningkatkan pemanfaatan listrik yang bersumber dari energi hijau 267 persen di 2022 dibandingkan kapasitas pada tahun sebelumnya. (Dok Pertamina)

Pertamina NRE disebutnya memiliki 3 pilar strategis. Pertama solusi karbon rendah seperti gas to power, serta dekarbonisasi melalui konservasi energi dan NBS. Kedua, pengembangan energi terbarukan seperti energi panas bumi, energi surya, biogas, angin, dan pasang surut air laut.

Ketiga, pembangunan bisnis baru di sektor energi seperti baterai dan ekosistem kendaraan listrik, bisnis karbon, serta hidrogen bersih.

"Membangun portofolio bisnis energi bersih adalah fokus utama Pertamina NRE untuk bergerak maju, untuk mendukung dekarbonisasi yang menjadi tujuan Pertamina, Indonesia dan global. Aset operasi dan project pipeline pembangkitan listrik Pertamina NRE saat ini mencapai 4,5 GW dengan potensi tambahan kapasitas di masa depan," jelasnya.

VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menambahkan, Pertamina terus mendorong pengembangan bisnis green energy di seluruh lini usahanya.

"Pertamina melalui seluruh Subholdingnya berkomitmen untuk mendorong transisi energi dengan terus mengembangkan bisnis baru yang mengutamakan green energy," ujar Fadjar.

Infografis Tips Hadapi Cuaca Ekstrem agar Tetap Selamat. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Tips Hadapi Cuaca Ekstrem agar Tetap Selamat. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya