Daftar Harga Beras Hari Ini: Kualitas Premium Mulai Turun di DKI Jakarta

Dikutip dari infopangan.jakarta.go.id, harga beras hari ini rata-rata di DKI Jakarta mulai berangsur turun.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 09 Okt 2023, 12:10 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2023, 12:10 WIB
Banner Infografis Harga Beras Naik hingga Beli Beras Dibatasi
Dikutip dari infopangan.jakarta.go.id, harga beras hari ini rata-rata di DKI Jakarta mulai berangsur turun. (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta Harga beras di Indonesia belakangan menjadi sorotan. Hal ini lantaran terus mengalami kenaikan. Kenaikan harga beras ini disebabkan adanya El Nino.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut harga gabah kering saat ini mahal. Menurut Jokowi, harga gabah saat ini berada di kisaran Rp7.300 hingga Rp7.600 per kilogram.

Jokowi menyampaikan pemerintah telah melakukan upaya untuk menekan harga beras di pasaran. Salah satunya, dengan memasok beras sebanyak-banyaknya ke pasar-pasar.

"Harus kita atasi dengan memasok sebanyak-banyaknya ke pasar, agar harga bisa turun. Sementara ini, di Cipinang, harga sudah turun. Tapi kita harapkan juga di pasar sudah, di konsumen juga (turun)," tutur Jokowi.

Harga Beras Hari Ini

Lantas, berapa harga beras hari ini setelah pemerintah menggelontorkan banyak stok di pasar? Dikutip dari infopangan.jakarta.go.id, harga beras rata-rata di DKI Jakarta mulai berangsur turun. Berikut datanya:

  • Beras IR.I (IR64) dijual Rp 13.436 / kg atau turun Rp 127
  • Beras IR.II (IR64) Ramos dijual Rp 12.908 / kg atau turun 151
  • Beras IR.III (IR.64) dijual Rp 12.392 / kg atau turun 84
  • Beras Muncul.I dijual Rp 14.105 / kg atau naik Rp 343
  • Beras IR 42 (Pera) dijual Rp 14.736 / kg atau turun Rp 97
  • Beras Sentra I (Premium) dijual Rp 14.059 / kg atau turun Rp 360

Harga Gabah Meroket, Jokowi: Petani Senang, Tapi Pembeli Beras Tidak

Jokowi Beras Bulog
Jokowi mengatakan cadangan beras yang dimiliki oleh Indonesia saat ini masih terbilang aman, meski adanya fenomena alam El Nino yang saat ini tengah melanda sejumlah negara termasuk Indonesia. (merdeka.com/Imam Buhori)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut harga gabah kering saat ini mahal, sehingga membuat para petani senang. Menurut Jokowi, harga gabah saat ini berada di kisaran Rp7.300 hingga Rp7.600 per kilogram.

"Petaninya senang harga gabah mahal. Harga gabahnya Rp7.300, ada yang Rp7.400, Rp7.500, sampai Rp7.600, gimana enggak (senang)," kata Jokowi kepada wartawan usai meninjau panen padi di Kabupaten Subang Jawa Barat, Minggu (8/10/2023).

 Berbeda dengan para petani, dia menyebut pembeli beras justru tidak senang dengan kondisi tersebut. Sebab, harga beras menjadi naik di sejumlah daerah.

"Kalau petaninya seneng, ini yang enggak seneng, pembeli berasnya," ujarnya.

Jokowi menyampaikan pemerintah telah melakukan upaya untuk menekan harga beras di pasaran. Salah satunya, dengan memasok beras sebanyak-banyaknya ke pasar-pasar.

"Harus kita atasi dengan memasok sebanyak-banyaknya ke pasar, agar harga bisa turun. Sementara ini, di Cipinang, harga sudah turun. Tapi kita harapkan juga di pasar sudah, di konsumen juga (turun)," tutur Jokowi.

 

Pengakuan Petani

PT Wilmar Padi Indonesia
PT Wilmar Padi Indonesia menargetkan kemitraan dengan petani melalui Farmer Engagement Program (FEP) tahun ini meningkat menjadi 10 ribu hektare (ha). Peningkatan itu bertujuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan para pejuang pangan tersebut. (Dok Wilmar Padi Indonesia)

Sebelumnya, Sekretaris Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Agus Ruli mencatat ada kenaikan harga beras di tingkat petani. Alhasil, kenaikan ini juga berpengaruh pada harga beras di pasaran atau tingkat konsumen.

Ruli menyebut, harga beras medium di pasaran tercatat sekitar Rp 13.000-15.000 per kilogram. Lantaran, harga di petani untuk Gabah Kering Panen (GKP) merangsek naik menjadi Rp 7.500 sampai Rp 7.700 per kilogram.

"Iya harga beras tinggi Rp 13 000 sampai Rp 15.000 medium karena harga gabah di tingkat petani tinggi 7.500 sampai 7.700 GKP," ujar Ruli kepada Liputan6.com, Kamis (5/10/2023).

Dia turut buka-bukaan alasan kenaikan tersebut. Ruli mencatat ada penambahan biaya produksi yang lebih tinggi dari sebelumnya.

"Ini terjadi karena biaya produksi tinggi dari biaya sumber mencapai 20 persen," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya