Liputan6.com, Jakarta - Manager Media Communication PT Pertamina Persero, Roberth Marchelino membagikan tips sukses membangun citra brand (merek) yang dapat dikenal luas oleh masyarakat, sekaligus sejalan dengan visi dan misi perusahaan.
Roberth memaparkan, kesuksesan merek berasal dari betapa luar biasanya perusahaan memenuhi janji kualitasnya melalui perilaku, ekspresi, dan komunikasi yang selaras.
Baca Juga
"Ini adalah transformasi dari dalam ke luar yang dimulai dengan perilaku selaras yang berlandaskan pada singularitas organisasi,” ujar Roberth dalam kegiatan Waktunya Humas Meet Up yang digelar Kemenkumham pada Kamis (29/2/2024).
Advertisement
Langkah pertama, menurut dia, adalah memperhatikan bagaimana suatu brand bertindak. Hal ini merupakan transformasi yang paling terlihat dari sebuah merek di tempat kerja, penyampaian yang paling terlihat dari janji sebuah merek dan faktor paling penting dari ide sentral merek selain ekspresi dan komunikasi merek.
"Perilaku merek mencakup segala sesuatu yang dilakukan merek secara internal maupun eksternal,” ungkap dia.
Kedua, adalah memperhatikan unsur “ekspresi brand”. "Ekspresi brand merupakan transformasi ide sentral merek dalam berbagai materi (aplikasi) terkait identitas merek untuk tujuan aktivasi merek yang strategis, tepat sasaran, dan komprehensif,” ujar dia.
"Brand expression (ekspresi merek) sebagai contoh ketiga saya sedang merepresentasikan perusahaan, saya (menunjukkan perilaku) bersemangat dan lugas, bukan PR atau Humas kalau tidak seperti itu,” ia menambahkan.
Langkah ketiga, adalah bagaimana menyusun komunikasi terkait brand tersebut. Ia menuturkan, komunikasi brand menghubungkan dan melibatkan audiens merek dengan ide sentral merek menggunakan beragam media, alat, dan teknik dalam upayanya membangun, menumbuhkan, dan memupuk loyalitas tanpa alasan.
Bangun Citra Positif
Dalam kesempatan sama, VP of Public Policy & Goverment Relations GoTo, Nitya Wulandari juga membagikan cara membangun citra positif melalui branding.Salah satunya, adalah memilih identitas yang secara konsisten dan mudah dikenali.
"Buat identitas brand yang konsisten, linear dan mudah dikenali; seperti logo, penuansaan warna dan elemen visual,” ujar dia.
”Kalau dari sisi Gojek sendiri mungkin dari sisi logo kita sudah mengalami pergantian sebanyak satu kali,’pertama waktu gojek saat baru keluar, menggambarkan seseorang naik motor dengan logo wi-fi. Di situ mungkin dari logo itu bisa kita tarik kesempatan bahwa ini konsisten dengan apa yang dilakukan oleh perusahaan saat itu," ia menambahkan.
Selanjutnya, adalah bagaimana mengkomunikasikan visi, misi, dan nilai organisasi, dengan menggunakan penanda bahasa yang sejalan dengan nilai perusahaan dam buat tagline yang sejalan dengan visi-misi organisasi
Selain itu, untuk memperkuat reputasi perusahaan, Nitya juga mengungkapkan, dapat mencoba dengan menghadirkan produk atau program yang berkualitas.
"Kolaborasi dengan pemerintah agar organisasi terlibat dengan kebijakan dan program yang mendukung nilai-nilai organisasi, (juga) percaya bahwa dinamika eksternal akan selalu hadir, terus adaptasi dan evaluasi branding organisasi secara holistik,” imbuh Nitya.
Advertisement
‘Waktunya Humas Meet Up’, Kemenkumham Bagi-bagi Ilmu Kehumasan di Era Digital
Sebelumnya diberitakan, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) menggelar kegiatan ‘What’s Up’ atau ‘Waktunya Humas Meet Up’ mulai Selasa hari ini, 27 Februari hingga Jumat 1 Maret mendatang.
Kegiatan tersebut diselenggarakan dengan koordinasi dan penguatan kehumasan Kemenkumham yang melibatkan pranata humas dan pemangku kehumasan unit utama maupun kantor wilayah, sebagai salah satu upaya peningkatan kapasitas dan kompetensi insan humas Kemenkumham.
Dalam pidatonya di acara tersebut, Kepala Biro Humas, Hukum dan Kerja Sama Kemenkumham, Hantor Situmorang menyoroti zaman modern saat ini di mana hampir semua kegiatan manusia melibatkan komputerisasi.
“Salah satu bidang yang harus juga beradaptasi dengan perkembangan digitalisasi ini adalah insan kehumasan yang memiliki tantangan di era digitalisasi,” ujar Hantor di Double Tree by Hilton Hotel, Jakarta, pada Selasa (27/2/2024).
“Pekerjaan (kehumasan) ini tentu tidak bisa dikatakan mudah, karena praktisi humas harus memiliki banyak kemampuan. Baik itu soft skills maupun hard skills,” katanya.
Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) menyebut jika peran kehumasan tidak bisa diganti begitu saja karena kecanggihan teknologi. Hal itu karena kompetensi kehumasan membutuhkan kombinasi yang unik antara nalar, intuisi, empati, emosi, juga kreativitas.
“Namun teknologi terus berkembang, dan para praktisi humas harus siap dengan perkembangan itu sendiri.
Makin Canggih
Kehumasan di era digital semakin canggih, cepat dan praktis. Perkembangan ini melahirkan berbagai tantangan, antara lain media sosial yang semakin beragam, perubahan perilaku audiens yang cepat, kehadiran reputasi media sosial juga terlait dengan provasi dan keamanan data,” katanya.
“Menyikapi perkembangan tersebut, Biro Humas Hukum dan Kerja Sama Kemenkumham memandang perlu menyelenggarakan pertemuan ini dan benerapa hari ke depan untuk meningkatkan kompetensi bagi pemangku kehumasan di seluruh jajaran Kementerian Hukum dan Ham melalui kegiatan What’s Up: Waktunya Humas Meet Up,” tuturnya.
Hantor melanjutkan, kegiatan What’s Up diharapkan dapat meningkatkan keahlian teknis kehumasan, kemampuan berkoordinasi dan kerja sama antara pemangku kehumasan sehingga meningkatkan kinerja dan membangun citra positif di Kementerian Hukum dan HAM.
Advertisement