Mei 2024 Terjadi Deflasi 0,03%, BPS Ungkap Penyebabnya

BPS menyatakan, deflasi Mei 2024 merupakan deflasi pertama setelah deflasi terakhir kali terjadi pada Agustus 2023.

oleh Tira Santia diperbarui 03 Jun 2024, 12:22 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2024, 11:36 WIB
Mei 2024 terjadi deflasi 0,03%, BPS Ungkap Penyebabnya
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Mei 2024 Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,03 persen. (Foto: tangkapan layar/Tira Santia)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Mei 2024 Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,03 persen. Sementara secara tahunan terjadi inflasi 2,84 persen. Sedangkan secara tahun kalender terjadi inflasi sebear 1,16 persen.

"Pada Mei 2024 terjadi deflasi sebesar 0,03 persen secara bulanan terjadi penurunan indeks harga konsumen IHK dari 106,40 pada April 2024 menjadi 106,37 pada Mei 2024," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Kamis (2/4/2024).

Amalia menjelaskan, deflasi Mei 2024 merupakan deflasi pertama setelah deflasi terakhir kali terjadi pada Agustus 2023. Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,29 persen dan memberikan andil deflasi sebesar 0,08 persen.

Adapun komoditas penyumbang utama deflasi adalah beras dengan andil deflasi sebesar 0,15 persen, daging ayam ras dan ikan segar dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,03 persen, serta tomat dan cabai rawit dengan andil deflasi masing-masing 0,02 persen.

Komoditas lainnya yang memberikan andil deflasi adalah tarif angkutan antar kota dengan andil deflasi sebesar 0,03 persen, tarif angkutan udara dengan andil deflasi sebesar 0,02 persen, kemudian tarif kereta api dengan andil 0,01 persen.

Selain itu, juga terdapat komoditas yang memberikan andil inflasi antara lain emas, perhiasan, bawang merah, cabai merah dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,05 persen.

Harga Beras Turun, Inflasi 2024 Tetap Terjaga? Ini Jawaban Bank Indonesia

FOTO: Kenaikan Sejumlah Bahan Pokok Picu Laju Inflasi
Pedagang sayuran menunggu pembeli di sebuah pasar di Jakarta, Rabu (1/4/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada Maret 2020 terjadi inflasi sebesar 0,10 persen, salah satunya karena adanya kenaikan harga sejumlah makanan, minuman, dan tembakau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo prediksi inflasi ke depan akan tetap terjaga sepanjang 2024. Keyakinan itu turut ditopang oleh harga komoditas pangan yang disebutnya mulai mengalami tren penurunan, termasuk harga beras. 

Sedikit kilas balik, Perry menyebut inflasi April 2024 juga masih terus menurun dan tetap terjaga dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen. Dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang juga lebih rendah dari ramalan pihak Bank Indonesia.

"IHK adalah 3 persen, lebih rendah dari yang kita perkirakan, 3,3 persen. Yang sangat rendah adalah inflasi inti, 1,82 persen. Ini menunjukan memang fundamental inflation-nya tetap terjaga," kata Perry, Rabu (8/5/2024).

Menurut dia, pencapaian itu salah satunya turut terjadi berkat koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah bersama Bank Indonesia melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) untuk mengatasi inflasi harga pangan bergejolak, atau volatile food.  

"Masih tinggi, tapi sudah terjadi di April deflasi 0,31 persen. Sehingga inflasi month to month dan year on year turun dari 10,33 persen menjadi 9,63 persen," imbuh Perry. 

 

 

Perkembangan Harga Bahan Pokok

Inflasi
Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Perry lantas meyakini inflasi harga pangan bergejolak ke depan akan lebih terkendali. Khususnya saat memasuki musim panen raya. Harga sejumlah bahan pokok termasuk beras tak lagi akan melambung seperti sebelumnya.

"Perkembangan terakhir juga menunjukan perkembangan harga-harga bahan pokok termasuk beras itu juga terus menurun. Dan kita melihat sudah mulai masuknya, meskipun belum puncaknya adalah masa panen," ungkapnya.

"Sehingga itu akan menurun secara signifikan inflasi volatile food ke depan. Moga-moga bisa kembali di sekitar 6-7 persen, sehingga bisa menjaga inflasi kita," ujar dia. 

Alhasil, Bank Indonesia berkeyakinan tingkat inflasi secara keseluruhan hingga akhir tahun bakal tetap selaras dengan target yang diusung. 

"Untuk itu, secara keseluruhan menunjukan inflasi kita tahun ini dan tahun depan akan terjaga pada sasaran 2,5 plus minus 1 persen. Perkiraan kami, IHK juga akhir tahun akan turun maksimal 3,2 persen, core inflation 2,6 persen," pungkas Perry.

Ada Momen Lebaran, Inflasi April 2024 Lebih rendah Ketimbang Ramadan

Inflasi
Pedagang menata telur di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi April 2024 yang bertepatan dengan momen Lebaran, ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi Maret 2024 yang bertepatan dengan awal Ramadan.

Tercatat inflasi Indonesia mencapai 0,25 persen pada April 2024 secara bulanan atau secara month to month (mtm). "Inflasi pada April 2024 ini juga lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi pada periode Lebaran di 3 tahun sebelumnya, yaitu pada bulan April 2023, Mei 2022, dan Mei 2021," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Kamis (2/4/2024).

Ia menjelaskan, hal tersebut terjadi lantaran pada April 2024 komponen harga bergejolak mengalami deflasi setelah sebelumnya mengalami tekanan inflasi selama 7 bulan berturut-turut. Inflasi April 2024 ini didorong oleh dua komponen, terutama komponen harga diatur Pemerintah dan komponen inti.

Komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,29 persen di mana komponen ini memberikan andil inflasi sebesar 0,18 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi komponen inti adalah emas perhiasan, minyak goreng, dan gula pasir. Selanjutnya, komponen harga diatur Pemerintah mengalami inflasi sebesar 0,62 persen dengan andil inflasi sebesar 0,12 persen.

BPS mencatat komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen harga diatur Pemerintah adalah tarif angkutan udara, tarif angkutan antarkota, Sigaret Kretek Mesin (SKM), dan tarif kereta api.

"Komponen ataupun kelompok yang memberikan andil inflasi terbesar pada April 2024 adalah kelompok transportasi, yaitu sebesar 0,12 persen. Ini lebih tinggi dibandingkan andilnya pada bulan lalu yang hanya sebesar 0,01 persen," ujarnya.

 

Kontribusi Kelompok Transportasi

20161003-Pasar Tebet-Jakarta- Angga Yuniar
BPS merilis dari kelompok pengeluaran, bagan makanan mengalami deflasi sebesar 0,07% dengan andil dalam inflasi September 2016 sebesar -0,01%, Jakarta, Senin (3/10). Harga beras dan telur ayam terkoreksi turun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Sementara itu kalau kita lihat pada kelompok makanan minuman dan tembakau di bulan ini memberikan sumbangan andil deflasi sebesar 0,01 persen. Hal ini Tentunya berbeda dengan bulan sebelumnya yang justru menjadi penyumbang andil inflasi terbesar," ia menambahkan.

Selanjutnya, kata Amalia, jika ditelusuri lebih lanjut, kelompok transportasi merupakan kelompok penyumbang andil inflasi pada momen Lebaran selama 5 tahun terakhir. Tingginya andil inflasi kelompok transportasi pada April 2024, utamanya disebabkan oleh komoditas tarif angkutan udara dan tarif angkutan antar kota.

"Komoditas tarif angkutan udara mengalami inflasi sebesar 8,05 persen pada momen lebaran atau di bulan April 2024 setelah sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,97 persen pada Maret 2024 . Sedangkan untuk tren inflasi tarif angkutan antar kota sejak Februari 2024 masih berlanjut hingga momen Lebaran April 2024.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya