Genjot Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Kebut Belanja Negara

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah akan menggenjot belanja negara di sisa tahun 2024 ini.

oleh Arief Rahman H diperbarui 05 Agu 2024, 20:00 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2024, 20:00 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam konferensi pers tentang capaian Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam konferensi pers tentang capaian Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (dok: Arief)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah akan menggenjot belanja negara di sisa tahun 2024 ini. Harapannya, hal itu bisa turut mendorong angka pertumbuhan ekonomi nasional.

Diketahui, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,05 persen pada kuartal II-2024 ini. Sebelumnya, ekonomi nasional tumbuh 5,11 persen di kuartal I-2024.

"Ya pertama untuk Q3 dan Q4 tentu pemerintah melihat faktor apa lagi yang kita bisa dorong. Namun salah satu yang pemerintah akan dorong juga terkait dengan belanja pemerintah. Sehingga belanja pemerintah diharapkan bisa digenjot di kuartal III ini," kata Menko Airlangga dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (5/8/2024).

Sejalan dengan itu, diturut menimbang adanya kemudahan yang diberikan kepada sektor konstruksi. Kemudian, turut mendorong sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk ikut tumbuh.

Sial UMKM ini, dia mendorong adanya restrukturisasi kredit UMKM bagi akad per tahun 2022 lalu. Ketentuan lengkapnya diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

"Beberapa hal yang terkait dengan UMKM, kan kemarin pemerintah sudah mendorong dalam kebijakan untuk UMKM yang terlibat dalam kredit usaha rakyat yang akadnya sudah ditandatangani di tahun 2022 itu bisa direstrukturisasi sesuai dengan regulasi OJK," paparnya.

"Itu keputusannya juga sudah dibahas dalam rapat komite dari KUR," imbuh Menko Airlangga.

Konsumsi Rumah Tangga Melambat

Diberitakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga tumbuh 4,93 persen secara tahunan. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memandang angka ini masih dalam posisi yang cukup tinggi.

Diketahui, angka pertumbuhan konsumsi rumah tangga itu tak berbeda jauh dengan pertumbuhan di kuartal I-2024 sebesar 4,91 persen. Meski, angka itu terpantau melambat dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal II 2023 sebesar 5,22 persen, dan kuartal II-2022 sebesar 5,52 persen.

"Jadi pertama untuk konsumsi ini sebetulnya yang kemarin dari Q1 lebih rendah daripada Q2, jadi itu sebetulnya ada kenaikan dan Pertumbuhan konsumsi itu 4,9 persen itu angka yang tinggi," kata Menko Airlangga dalam Konferensi Pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (5/8/2024).

Dia mengamini angka itu masih di bawah besara pertumbuhan ekonomi nasional 5,05 persen. Menurutnya, tidak semua sektor bertumbuh sebesar angka tersebut.

"Memang di bawah angka pertumbuhan nasional. Tidak semua sektor di atas pertumbuhan nasional. Pertumbuhan di sektor pengolahan ataupun manufaktur pun di bawah daripada sektor pertumbuhan ekonomi nasional," paparnya.

 

Sektor Infrastruktur Tumbuh Paling Tinggi

PT Waskita Karya (Persero) Tbk tengah mengebut pembangunan jalan tol di Ibu Kota Nusantara (IKN) Segmen 5A.
PT Waskita Karya (Persero) Tbk tengah mengebut pembangunan jalan tol di Ibu Kota Nusantara (IKN) Segmen 5A. Jalan tol yang menyambungkan Balikpapan-IKN itu ditarget rampung Agustus 2024 ini. (Dok. Waskita Karya)

Dia mencatat, ada beberapa sektor yang tumbuh di atas pertumbuhan ekononomi nasional. Misalnya, konstruksi, hingga makanan dan minuman. Dia menegaskan hal ini menjadi sesuatu yang normal.

"Hanya beberapa sektor yang meloncat di atas itu termasuk konstruksi, mamin dan yang lain. Jadi itu sebuah hal yang normal, namun kita lihat seluruhnya itu positif," tegasnya.

Lebih Tinggi dari Negara Lain

Lebih lanjut, Airlangga menegaskan angka tumbuhnya konsumsi rumah tangga 4,93 persen itu masih lebih tinggi dari negara lain. Pada saat yang sama, kontribusinya pun masih menjadi paling besar terhadap produk domestik bruto (PDB).

"Tentu kalau kita bandingkan, negara kita dibandingkan negara lain. Secara relatif angka itu pun tinggi, dan kontribusinya pun masih dominan, konsumsi masih 54,53 persen dari total PDB," ucapnya.

"Nah konsumsi ini tentu kemarin kita didorong oleh bulan Ramadan, Idul Fitri, dan kegiatan mobilitas dari masyarakat. termasuk juga kegiatan-kegiatan di hotel, restoran, dan cafe," sambung Menko Airlangga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya