Liputan6.com, Jakarta - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Maman Abdurrahman, menanggapi keluhan para pedagang di Pasar Tanah Abang yang mengalami penurunan jumlah pembeli selama bulan puasa 2025 dibandingkan tahun sebelumnya.
Maman mengakui adanya perubahan pola belanja masyarakat. Jika dulu orang lebih sering berbelanja langsung di pasar, kini banyak yang beralih ke platform e-commerce untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Baca Juga
"Kita juga sudah cek. Ada terjadi shifting pola budaya berbelanja masyarakat," kata Maman saat ditemui di Kementerian UMKM, di tulis Jumat (21/3/2025).
Advertisement
Menurut dia, jika dibandingkan tiga atau empat tahun lalu, masyarakat masih lebih banyak berbelanja di pasar tradisional maupun pusat perbelanjaan.
Meski begitu, ia menepis anggapan bahwa sepinya pembeli di pasar disebabkan oleh melemahnya ekonomi. Data dari Kementerian UMKM menunjukkan bahwa tren belanja online terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
"Jadi ada pergeseran ke arah sana. Belanja online memang naik," ujarnya.
Seiring dengan tren ini, Maman menegaskan bahwa kementeriannya akan mengatur ulang biaya pemasaran (marketing fee) di platform e-commerce.
"Jadi, jangan semua sudah bergeser, masyarakat sudah mulai belanja online, ini e-commerce-e-commerce, dia naikkan marketing fee kepada pedagang-pedagang mikro, pengusaha-pengusaha mikro ataupun pengusaha-pengusaha online," ujarnya.
Viral Pasar Tanah Abang Masih Sepi Jelang Lebaran
Pasar Tanah Abang di Jakarta Pusat belakangan ini kembali ramai jadi perbincangan publik. Biasanya, tempat tersebut selalu ramai pengunjung menjelang Lebaran yang berburu dan membeli pakaian baru.
Namun, tahun ini kondisinya berbeda karena disebut tidak seramai tahun-tahun sebelumnya. Tentu ada banyak penyebabnya, seperti belanja online yang makin diminati dan sudah beberapa kali dikeluhkan para pedagang di pusat tekstil terbesar di Asia Tenggara itu.
Namun bukan itu saja. Ada pengguna media sosial yang menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke Tanah Abang. Warganet itu menduga Pasar Tanah Abang semakin sepi, karena maraknya praktik parkir liar yang membuat pengunjung enggan datang.
Marak Parkir Liar
Dalam unggahan di akun Instagram @mood.jakarta, Senin, 17 Maret 2025, banyak pengguna media sosial X bercerita pengalamannya ketika berbelanja di Tanah Abang. Beberapa dari mereka mengaku diminta membayar hingga Rp50 ribu lebih hanya untuk parkir kendaraan di sekitar Pasar Tanah Abang.
Kejadian ini viral setelah dibagikan oleh akun X (dulunya Twitter), @el_jastip, yang mengungkapkan pengalamannya saat berbelanja di Tanah Abang pada tahun 2020-2022. Ia menceritakan bahwa setiap kali membawa mobil ke area pasar, ia harus membayar parkir berkali-kali.
"Masuk ke gedung diminta bayar Rp5.000, parkir di lantai atas bayar Rp5.000 lagi, pulang bayar parkir resmi Rp3.000, dan keluar gedung diminta bayar Rp5.000 lagi. Totalnya Rp18.000. Itu di hari biasa. Kalau weekend, biayanya bisa melonjak sampai Rp30.000 dengan alasan tarif parkir liburan lebih mahal," tulisnya.
Selain itu pengguna lainnya juga merasakan yang sama ketika pergi ke Tanah Abang. Bahkan akun ini mengungkapkan pernah parkir sebentar tapi diminta Rp50 ribu oleh juru parkir liar di sana.
Advertisement
Parkir Sebentar Diminta Rp50 Ribu
"Tahun lalu. ke Tanah Abang sama emak gua dan cowo gua parkir mobil di pinggiran (terpaksa karena sudah full) asw dimintain Rp50 ribu pas baru turun," komentar seorang warganet.
"Sepanjang jalan gw nggak ikhlas dan misuh-misuh, mana ada parkir sebentar di pasar Rp50 ribu mana pas keluar diminta lagi," sebut warganet.
Keresahan tersebut membuat para konsumen malas dan harus berpikir seribu kali untuk pergi ke Tanah Abang karena banyak pungutan liar (pungli) yang berkedok parkir. Bahkan nominal yang diminta oleh tukang parkir tidak sesuai tarif parkir pada umumnya.
"Gua pernah ke Tanah Abang naik mobil, dan total parkirnya bisa sampai Rp90 ribu, kalau nggak salah ada empat tukang parkir liar yang selalu minta uang, padahal gua di sana cuman 2 jam," tulis akun lainnya.
"Yg harus dibenahi itu kang parkir bukan tiktokshop, gara” ente skrng Tiktok shop agak susah naek trafiknya ga kaya dulu ," kata warganet lain.
"Kalian sendiri yang bikin sepi, jangan salahkan konsumen kalo dagangan gak laku karena inilah itulah," sahut yang lain. "Budaya korupsi suap pungli sudah menjadi budaya Indonesia, dari ujung sampe ke akar dari triliunan sampe recehan,"ujar warganet yang lain.
