Imbas melonjaknya harga kedelai, sejumlah pabrik tahu-tempe rumahan terpaksa menurunkan produksi hingga 30%. Lebih parah lagi, para pemilik pabrik tahu tempe terpaksa memberhentikan sejumlah karyawan.
Tahu dan tempe, makanan yang lekat dengan rakyat indonesia tak hanya sehat karena kaya akan protein. Produk makanan ini juga dikenal ramah di kantong.
Sayangnya, belakangan harga tahu-tempe mulai tak stabil akibat naiknya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah yang membuat harga kedelai impor turut naik hingga berimbas ke pedagang tahu-tempe.
Baca Juga
Sebuah pabrik tahu di Semper Barat, Cilincing Jakarta Utara bahkan terpaksa menurunkan produksi tahu hingga 30%. Bahkan sebagian karyawan pun terpaksa diberhentikan.
Advertisement
Karyawan pabrik, Maman mengatakan produk tahu tempe di pabriknya turun karena berkurangnya jumlah kedelai yang digunakan. Biasanya, pabrik tempat Maman bekerja biasa menggunakan kedelai sebanyak 2 kuintal namun sudah berkurang menjadi 1,5 kwintal.
"Tadinya karyawan ada empat orang sekarang menjadi tiga orang karena produksinya menurun," katanya.Tak cuma pengusaha dan pedagang tempe-tahu yang kalang kabut, para ibu rumah tangga pun mengaku pusing menyiasati mahalnya harga tempe-tahu yang selalu menjadi makanan favorit. Pedagang di pasar Palmerah, Jakarta Barat mengeluh karena meskipun harga jual tempe-tahu dinaikan Rp 200, keuntungan yang diperoleh tetap tipis.
"Kalau memang bahan baku naik, mau ga mau harus naik. kalau dibilang berat ya berat," ujar pembeli, Wirda.
Jika harga tempe-tahu tak kunjung stabil, para pengusaha tempe-tahu khawatir nasib bisnis mereka bisa mengalami gulung tikar. (Shd)