Indonesia Alami Deflasi dan Surplus, Apa Penjelasan BI?

Bank Indonesia optimistis laju inflasi akan kembali ke pola normal mulai September hingga beberapa bulan ke depan.

oleh Syahid Latif diperbarui 01 Okt 2013, 21:31 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2013, 21:31 WIB
bank-indonesia-rate130712b.jpg
Bank Indonesia (BI) optimistis laju inflasi akan kembali ke pola normal mulai September hingga beberapa bulan ke depan. Kondisi ini terjadi setelah harga-harga sejumlah komoditas terlihat mulai dapat dikendalikan.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Difi A Johansyah dalam keterangan tertulisnya, Selasa (1/10/2013) menyatakan meredanya tekanan inflasi bulanan terjadi pada kelompok inti dan administered prices masing-masing 0,57% dan 0.34%.

"(Hal ini) terjadi seiring meredanya dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan koreksi harga paska Lebaran," kata Difi.

BI mengakui deflasi yang terjadi pada September sebesar 0,35% lebih besar dari perkiraan Survei Pemantauan Harga (SPH) BI. Bahkan pencapaian yang terjadi jauh lebih rendah dari perkiraan inflasi dari sejumlah analis.

"Pasokan yang melimpah karena panen beberapa komoditas hortikultura, terutama bawang merah dan cabai, menyebabkan koreksi harga pangan tercatat cukup dalam," ujarnya.

Dari sisi perdagangan, BI menilai surplus sebesar US$ 0,13 miliar yang terjadi pada Agustus 2013 sejalan dengan penurunan impor. Penurunan ekspor nonmigas dipengaruhi pertumbuhan ekonomi global dan harga komoditas ekspor yang belum kuat.

Sejumlah komoditas tersebut diantara  kelompok barang primer seperti batubara, karet mentah, dan minyak dan lemak nabati. Sementara kelompok produk manufaktur berasal dari mesin dan alat transportasi, produk kimia, barang konsumen lain yang lebih rendah, dan produk semi-manufaktur lainnya.

Sementara itu, defisit neraca perdagangan Migas pada Agustus 2013 yang menyempit terutama dipicu ekspor minyak yang meningkat 25,2% mtm seiring dengan kenaikan lifting minyak. Sementara impor minyak turun sebesar 12,8% mtm sejalan dengan masih besarnya stok penyangga setelah Pertamina melakukan impor minyak yang besar di bulan Juli.

"Perbaikan kinerja neraca perdagangan tersebut sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia bahwa defisit transaksi berjalan triwulan III-2013 akan lebih kecil dari defisit yang terjadi pada triwulan II-2013," kata Difi. (Shd)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya