Jelang penutupan akhir tahun, nilai tukar rupiah masih terus saja terjun bebas. Bahkan kurs rupiah terus terpuruk ke level 11.700 atau terendah sepanjang tahun ini.
Kepala Riset PT Trust Securities, Reza Priyambada menilai, pelemahan rupiah kali ini dipicu oleh terus menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang asing di dunia. "Data-data AS cenderung positif," kata Reza kepada Liputan6.com, Senin (25/11/2013).
Tak hanya faktor eksternal, pelemahan nilai tukar rupiah juga dipicu keraguan investor terhadap upaya pemerintah mengelola data-data makro ekonomi nasional.
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, lanjut Reza, kurang direspons pelaku pasar. Solusi tersebut dianggap lebih cocok digunakan sebagai instrumen jangka panjang.
"Sementara yang dimau pelaku pasar ialah kebijakan short term untuk menahan pelemahan rupiah," ujarnya.
Terkait upaya Bank Indonesia (BI) menahan laju pelemahan rupiah, Reza menilai keputusan kenaikan suku bunga acuan BI rate hingga 175 basis poin belum banyak direspons pelaku pasar.
"Kalau BI rate naik, bubar jalan lah. Proyeksi akan banyak revisi," ujar Reza.
Sebagai informasi, rupiah mencetak rekor terendahnya sepanjang perdagangan 2013. Pada perdagangan hingga pukul 10.03 WIB, rupiah telah ambruk ke level 11.724 per dolar AS.
Dikutip dari data valas Bloomberg, rupiah sempat menyentuh level terburuknya di level 11.726 per dolar AS. Namun rupiah kembali berbalik menguat ke posisi terbaiknya di perdagangan awal pekan ini ke level 11.663 per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) mencatat nilai tukar rupiah di pasar spot bank lokal ditetapkan berada di level 11.722 per dolar AS. Rupiah tercatat melemah 16 poin dibandingkan posisi akhir pekan kemarin. (Dis/Shd)
Kepala Riset PT Trust Securities, Reza Priyambada menilai, pelemahan rupiah kali ini dipicu oleh terus menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang asing di dunia. "Data-data AS cenderung positif," kata Reza kepada Liputan6.com, Senin (25/11/2013).
Tak hanya faktor eksternal, pelemahan nilai tukar rupiah juga dipicu keraguan investor terhadap upaya pemerintah mengelola data-data makro ekonomi nasional.
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, lanjut Reza, kurang direspons pelaku pasar. Solusi tersebut dianggap lebih cocok digunakan sebagai instrumen jangka panjang.
"Sementara yang dimau pelaku pasar ialah kebijakan short term untuk menahan pelemahan rupiah," ujarnya.
Terkait upaya Bank Indonesia (BI) menahan laju pelemahan rupiah, Reza menilai keputusan kenaikan suku bunga acuan BI rate hingga 175 basis poin belum banyak direspons pelaku pasar.
"Kalau BI rate naik, bubar jalan lah. Proyeksi akan banyak revisi," ujar Reza.
Sebagai informasi, rupiah mencetak rekor terendahnya sepanjang perdagangan 2013. Pada perdagangan hingga pukul 10.03 WIB, rupiah telah ambruk ke level 11.724 per dolar AS.
Dikutip dari data valas Bloomberg, rupiah sempat menyentuh level terburuknya di level 11.726 per dolar AS. Namun rupiah kembali berbalik menguat ke posisi terbaiknya di perdagangan awal pekan ini ke level 11.663 per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) mencatat nilai tukar rupiah di pasar spot bank lokal ditetapkan berada di level 11.722 per dolar AS. Rupiah tercatat melemah 16 poin dibandingkan posisi akhir pekan kemarin. (Dis/Shd)