ECA Tolak Keputusan FIFA Soal Piala Dunia 2026

ECA tidak setuju dengan keputusan FIFA untuk menggelar Piala Dunia 2026 dengan 48 negara.

oleh Bogi Triyadi diperbarui 28 Mar 2017, 22:40 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2017, 22:40 WIB
Karl-Heinz Rummenigge
Ketua ECA Karl-Heinz Rummenigge menuding FIFA tidak terbuka dalam mengambil keputusan terkait Piala Dunia 2026 diikuti 48 negara. (EPA/Andreas Gebert)

Liputan6.com, Muenchen - Asosiasi Klub Eropa (ECA) menyatakan keputusan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) untuk menggelar Piala Dunia 2026 dengan 48 negara tidak bisa diterima. Bahkan, Ketua ECA Karl-Heinz Rummenigge menuding ada masalah terkait keterbukaan dalam pengambilan kebijakan tersebut.

Namun, dia enggan menjabarkannya lebih lanjut. "Saya yakin FIFA tahu bahwa kami tak senang mereka meningkatkan hampir 50 persen jumlah peserta Piala Dunia. Kami juga tidak setuju transparansi pengambilan keputusannya," ujar Rummenigge usai sidang umum ECA seperti dilansir Reuters, Selasa (28/3/2017).

Pria yang juga Presiden Bayern Muenchen ini menyatakan kebijakan tersebut telah merugikan klub-klub Eropa. "Karena itu, kami berhak menemukan solusi atas hal ini," tegas Rummenigge.

Keputusan FIFA mengubah jumlah tim peserta Piala Dunia dari 32 negara menjadi 48 negara mulai Piala Dunia 2026 dilakukan berdasarkan pemungutan suara pada Januari 2017. Hal ini sesuai dengan janji kampanye Presiden FIFA Gianni Infantino yang terpilih pada 2016 lalu.

Ketika itu, walau peserta lebih banyak, FIFA menegaskan durasi jalannya turnamen tidak lebih lama dari biasanya. Akan tetapi, beberapa klub besar tetap menolak dengan alasan mereka akan lebih banyak kehilangan pemain karena dipanggil tim nasional.

Apalagi, sebelumnya klub-klub besar Eropa juga sudah keberatan atas jadwal pertandingan internasional yang mengharuskan mereka melepas pesepak bolanya. "Kami ingin FIFA dan UEFA mengurangi jumlah laga internasional sebab kami sudah sampai di titik di mana pemain harus bermain di terlalu banyak pertandingan," papar Rummenigge.

Dia menambahkan, FIFA dan UEFA sebaiknya lebih banyak memikirkan tentang sepak bola daripada pundi-pundi dan isu politik.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya