Liputan6.com, Jakarta - Regulator obat Uni Eropa mengatakan pada Selasa (20/9/2022), bahwa meskipun infeksi dan tingkat kematian turun, pandemi COVID-19 masih berkelanjutan dan bahwa kampanye vaksinasi yang direncanakan akan meningkat saat musim dingin mendatang.
Dilansir dari DW.com, Rabu (21/9/2022), European Medicines Agency (EMA) pekan lalu menyetujui vaksin pertama yang secara khusus menargetkan jenis BA.4 dan BA.5 yang sangat menular dari varian Omicron virus corona.
Baca Juga
Vaksin ini juga menargetkan strain asli SARS-CoV-2 dan datang 11 hari setelah pengawas obat menyetujui vaksin oleh Pfizer dan Moderna terhadap varian Omicron BA.1.
Advertisement
"Kami di Eropa masih menganggap pandemi sedang berlangsung dan penting bagi negara-negara anggota mempersiapkan peluncuran vaksin dan terutama vaksin adaptif untuk mencegah penyebaran lebih lanjut penyakit ini di Eropa," kata Kepala Petugas Medis Badan Obat Eropa, Steffen Thirstrup, di sebuah konferensi pers.
Pengumuman itu muncul ketika pekan lalu Presiden AS Joe Biden menyatakan pandemi sudah berakhir. Juga pada hari yang sama, otoritas kesehatan HAS Prancis mengikuti jejak EMA dengan membersihkan dua dosis vaksin booster COVID-19 yang terpisah yang diperbarui yang dikembangkan oleh Moderna dan BioNTech-Pfizer untuk menargetkan varian Omicron.
Jerman akan meluncurkan vaksin yang disesuaikan dengan Omicron
Sementara itu, badan vaksinasi resmi Jerman telah merekomendasikan pemberian suntikan booster berorientasi Omicron kepada mereka yang memenuhi syarat.
Komite Tetap Vaksinasi Jerman (STIKO), panel ahli independen yang memberi saran kepada pemerintah selama pandemi, menyarankan bahwa lebih baik menerima booster yang disesuaikan untuk menargetkan varian Omicron jika individu harus menerima suntikan ketiga atau keempat.
Rancangan rekomendasi STIKO mengatakan bahwa vaksinasi booster pertama atau vaksin dosis ketiga masih direkomendasikan untuk orang berusia 12 tahun ke atas, biasanya enam bulan setelah imunisasi dasar selesai atau infeksi telah berlalu.
Advertisement
WHO Sebut COVID-19 Segera Berakhir, Kemenkes: Belum Ada Kebijakan Resmi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 14 September menyatakan bahwa pandemi COVID-19 akan segera berakhir. Hal ini mendapat tanggapan dari Direktur Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) drg. Widyawati, MKM.
Menurut dia, pernyataan tersebut belum diikuti dengan kebijakan resmi. Artinya, masyarakat masih perlu menunggu sambil tetap menerapkan protokol kesehatan.
“Terkait dengan endemi, kita ikuti saja karena memang belum ada kebijakan resmi yang keluar. Ini baru berita saja, belum ada kebijakan resmi bahwa ini sudah endemi atau apa,” kata drg Widyawati.
“Tapi tetap protokol kesehatan harus kencang, jaga jarak, cuci tangan, hidup sehat. Itu yang harus kita terapkan sampai sekarang, jangan lalai untuk memakai masker,” ujar wanita yang karib disapa Bu Wid dalam workshop virtual bersama Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dan Danone, Rabu (21/9/2022).
Ia menambahkan, sejauh ini belum ada bocoran terkait kapan Indonesia akan bebas dari pandemi COVID-19.
“Belum ada bocoran, intinya kalau pemerintah sudah sounding (menyuarakan) pandemi berakhir. Tentunya kita akan memberitahukan kepada masyarakat. Saat ini kebijakan itu belum keluar jadi kita harus tetap menjalankan protokol kesehatan,” katanya.
Penerapan protokol kesehatan seperti memakai masker tak hanya melindungi diri dari paparan virus COVID-19. Menggunakan masker sehari-hari juga baik untuk meminimalisasi paparan debu saat melakukan perjalanan.
“Banyak sebetulnya manfaat memakai masker, maskermu melindungiku, maskerku melindungimu. Jadi budaya boleh juga, kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan makan makanan sehat, hidup bersih sehat, olahraga, itu bagus loh diterusin,” katanya.
6 Kebijakan Singkat WHO
Sebelumnya, WHO telah mengeluarkan 6 ringkasan kebijakan singkat untuk mengakhiri pandemi COVID-19, lanjut Widyawati. Keenam kebijakan itu meliputi vaksinasi, testing dan sequencing, sistem kesehatan, persiapan lonjakan kasus, pencegahan dan pengendalian, serta penyampaian informasi.
Vaksinasi
Dalam kebijakan ini, WHO memiliki target vaksinasi 100 persen untuk grup prioritas termasuk tenaga kesehatan. Sedangkan, lanjut usia (lansia) setidaknya mencapai target vaksinasi 97 persen.
Testing dan Sequencing
Kebijakan ini dibuat agar testing dan sequencing tetap dilakukan untuk menangani COVID-19. Selain itu, perlu juga terus dilakukan integrasi surveilans dan pelayanan testing termasuk untuk gangguan respiratori lainnya seperti influenza.
Sistem Kesehatan
Memastikan memiliki sistem untuk memberikan pelayanan pada pasien dan mengintegrasikan pelayanan COVID-19 dengan sistem pelayanan kesehatan primer.
Persiapan Lonjakan Kasus
Mempersiapkan lonjakan kasus, memastikan memiliki fasilitas dan tenaga kesehatan yang dibutuhkan.
Pencegahan dan Pengendalian
Terus melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi melindungi petugas kesehatan dan pasien COVID-19 di fasilitas kesehatan.
Penyampaian Informasi
Berkomunikasi secara jelas dengan masyarakat terkait perubahan apapun dalam kebijakan COVID-19 beserta alasannya. Dan melatih tenaga kesehatan untuk mengidentifikasi serta menyampaikan informasi tersebut dan menyampaikan informasi berkualitas tinggi dalam format digital.
Advertisement