Kembali Lesu, Begini Proyeksi Pasar kripto Usai Rilis Harga Konsumen Januari 2023

Serangkaian kabar buruk cukup untuk kembali melemahkan harga kripto.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 14 Feb 2023, 15:10 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2023, 15:06 WIB
Setelah menghadapi peningkatan harga yang cukup tajam, pasar kripto kembali alami koreksi dalam beberapa pekan terakhir.
Setelah menghadapi peningkatan harga yang cukup tajam, pasar kripto kembali alami koreksi dalam beberapa pekan terakhir.

Liputan6.com, Jakarta Setelah menghadapi peningkatan harga yang cukup tajam, pasar kripto kembali alami koreksi dalam beberapa pekan terakhir. Ada berbagai alasan mengapa pasar crypto kembali lesu dan membuat investor kurang bergairah untuk melakukan akumulasi.

Menurut data CoinMarketCap, harga Bitcoin (BTC) telah turun sekitar 5,91 persen dari kenaikan tertinggi pada bulan Januari lalu di level USD 24.165. Pada Selasa, 14 Februari 2023 pukul 08.00 WIB, harga BTC terpantau berada di posisi USD 21.771 dengan penurunan 4,44 persen dalam tujuh hari terakhir.

Tim Riset Tokocrypto mengatakan penurunan dan volatilitas pasar kripto yang tinggi akhir-akhir ini disebabkan oleh kombinasi antara kekhawatiran investor atas peningkatan penegakan peraturan di Amerika Serikat (AS) dan data laporan Consumer Price Index (CPI) alias Indeks harga konsumen AS bulanan Januari 2023 yang akan mengukur tingkat inflasi. Disamping itu, investor tengah membukukan keuntungan setelah kinerja Bitcoin pada bulan Januari yang luar biasa.

Tim Riset Tokocrypto menilai, tindakan US Securities and Exchange Commission (SEC) terhadap Kraken dan Paxos Trust dan rumor pelarangan staking kripto di AS dapat diterjemahkan menjadi penurunan lebih lanjut untuk Bitcoin dan pasar kripto yang lebih luas.

“Melihat situasi itu, mendorong investor untuk mulai melakukan aksi jual untuk mendapatkan untung dari kenaikan harga di Januari lalu. Akhirnya BTC mencapai penurunan dalam posisi terendah dalam tiga minggu terakhir," kata Tim Riset Tokocrypto, Selasa (14/2/2023).

Serangkaian kabar buruk tersebut cukup untuk kembali melemahkan harga kripto. Saat ini kemungkinan besar investor masih takut dan khawatir imbas dari perkembangan regulasi kripto di AS yang belum menunjukan hal positif.

Meskipun terjadi penurunan harga pada sebagian besar aset kripto, sentimen pasar kripto masih terjaga dan stabil. Hal tersebut terlihat dari pergerakan sideways pada Bitcoin Fear and Greed Index di area level 48-58 masih dalam kategori Neutral.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Sentimen Pasar Terhadap CPI

Crypto Bitcoin
Bitcoin adalah salah satu dari implementasi pertama dari yang disebut cryptocurrency atau mata uang kripto.

Investor tengah bersiap menghadapi agenda penting yang diyakini akan menjadi pemicu terjadinya volatilitas tinggi pada pasar kripto.

Laporan CPI yang akan diumumkan Selasa, 14 Februari 2023, pukul 20.30 WIB. Naik atau turunnya CPI Januari 2023 ini menjadi salah satu indikator makro yang biasanya mempengaruhi pergerakan harga Bitcoin (BTC).

Sejumlah lembaga memperkirakan CPI bulanan Januari 2023 naik di kisaran 0,5 persen. Bila prediksi ini benar, hal tersebut akan menandai kenaikan terbesar CPI bulanan dalam tiga bulan terakhir. Peningkatan bulanan ini akan memperlambat tingkat kenaikan tahunan dari 6,5 persen pada Desember menjadi 6,2 persen pada Januari. Sedangkan core CPI diperkirakan akan naik 0,3 persen di Januari, lebih rendah 5,4 persen secara YoY berbanding 5,7 persen di bulan Desember.

Data CPI ini kerap menjadi indikator pergerakan harga Bitcoin dan aset kripto lain. Bila CPI aktual lebih rendah dari perkiraan para ekonom, harga kripto biasanya akan mengalami kenaikan. Namun, bila kenaikan lebih tinggi atau sama dengan perkiraan, pasar kripto biasanya bereaksi negatif.

"Berdasarkan data perilisan CPI dalam enam bulan terakhir, ada korelasi kuat yang antara hasil prediksi CPI dengan pergerakan harga Bitcoin. Bila hasil CPI lebih rendah dari prediksi, harga BTC akan mengalami kenaikan. Sedangkan bila CPI sesuai atau melebihi prediksi, harga BTC dan market kripto akan turun," jelas Tim Riset Tokocrypto.

Dalam analisis teknikal, volatilitas Bitcoin dalam jangka pendek mungkin tetap tinggi dalam waktu dekat karena pelaku pasar menunggu data CPI. Menariknya, Bitcoin telah membuat golden cross pada daily chart dan death cross pada time frame mingguan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa tren jangka menengah pergerakan harga Bitcoin tetap negatif, tetapi tren jangka pendek bisa menandakan perubahan haluan. Tekanan jual yang tinggi menjadi salah satu faktor penyebab terjadi penurunan harga Bitcoin. Hal tersebut terlihat dari penurunan yang terjadi pada relative strength index (RSI).

Level support terkuat Bitcoin berada di posisi USD 21.480 atau sekitar Rp 326 juta. Sementara, bila hasil CPI positif untuk BTC, akan membuka pintu untuk kemungkinan reli hingga USD 23.500 (Rp 357 juta).

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya