Liputan6.com, Jakarta - Dosen pendidikan khusus di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dr.dr. Riksma Nurakhmi, M.Pd, menyebutkan ukuran penilaian anak dengan spektrum autisme dari sisi perkembangan sosial.
Menurutnya, penilaian perkembangan sosial anak autisme dapat dilakukan para guru di sekolah. Ukurannya dapat dilihat dari berbagai perilaku anak sejak awal masuk hingga setelah mendapat intervensi.
Baca Juga
Misalnya, dari kemampuan melakukan kontak mata. Pada awal masuk, anak bisa saja tidak menunjukkan kontak mata sama sekali. Setelah diberi pengajaran, kontak mata anak berkembang menjadi lirikan dari samping (seperti orang bermusuhan).
Advertisement
“Atau matanya ke mana aja tapi sebenarnya dia sambil nunjuk (ke arah objek yang diinginkan) itu sebenarnya sebuah kontak yang sudah cukup bagus. Jadi jangan patah semangat mengajarkan kontak mata tapi tidak ada, sebenarnya ada hanya bentuknya berbeda,” kata Riksma dalam konferensi pers Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) ditulis Minggu (27/2/2022).
Simak Video Berikut Ini
Ekspresi Wajah
Dari segi ekspresi wajah dan bahasa tubuh, umumnya anak dengan autisme memiliki ekspesi datar dan minim bahasa tubuh.
Ketika sudah ada senyum sedikit atau gerakkan yang mengartikan sesuatu itu sebetulnya adalah sebuah perkembangan. Setiap perkembangan sekecil apapun perlu dicatat secara rinci.
“Kemudian ada kemampuan berbagi, kemampuan menunggu, kemampuan menunggu giliran dalam bermain dan dalam berbagai situasi sosial, menerjemahkan dan merespons tindakan orang lain dengan tepat itu sudah level atas.”
Penilaian perkembangan sosial lain yang termasuk level tinggi adalah ketika anak autisme sudah bisa menyatakan pikiran dan emosi, memahami dan mengakui sudut pandang orang lain, dan menghargai kepemilikan serta mampu bekerja sama dengan orang lain dalam situasi kelompok.
Advertisement
Tujuannya
Tujuan dalam intervensi dan menilai perkembangan sosial adalah untuk mengembangkan keterampilan sosial.
Keterampilan sosial menggambarkan kemampuan untuk mengakomodasi atau beradaptasi dengan situasi sosial dan interaksi sosial yang sedang berlangsung. Seperti perkembangan bahasa dan kognitif.
“Kenapa kita mengajarkan keterampilan sosial? Karena itu adalah hal dasar yang pada saat anak mulai tertarik dengan orang lain. Jadi mulai ada yang namanya joint attention.”
Joint attention berkaitan dengan kemampuan sensoris baik visual, auditif, maupun sentuhan. Jadi pada saat stimulasi informasi datang kepada anak kemudian diolah dan dipersepsikan di otak maka berbagai hambatannya dapat diminimalisasi.
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Advertisement