Liputan6.com, Jakarta Kopi menjadi minuman favorit sebagian besar warga Indonesia tak terkecuali penyandang disabilitas seperti Tuli.
Mendengar kata kopi, salah satu yang terlintas adalah merek dagang terkenal yakni Starbucks. Di awal Desember ini, Starbucks Indonesia membuka signing store pertamanya yang didedikasikan untuk komunitas Tuli, gangguan pendengaran, dan pengguna bahasa isyarat di Jakarta.
Baca Juga
Berbeda dengan kedai lainnya, signing store dirancang dengan mengedepankan nilai inklusif dan aksesibilitas. Pelanggan akan dilayani oleh barista Tuli yang mengenakan celemek hijau. Signing store tersebut terletak di Jl. Tanjung Karang No.3 Kebon Melati di Jakarta Pusat.
Advertisement
Ini adalah signing store ke-17 perusahaan secara global yang menciptakan peluang yang sama bagi komunitas Tuli dan gangguan pendengaran lokal.
Kedai ini dapat menjadi tempat di mana semua pelanggan, termasuk komunitas Tuli dan gangguan pendengaran dapat berkumpul, bersosialisasi, dan membina hubungan sosial. Barista Tuli akan mengenakan celemek hijau dengan nama perusahaan yang dibordir dengan bahasa isyarat. Karyawan yang dapat menggunakan bahasa isyarat Indonesia (Bisindo) akan memakai pin “I Sign”. Pelanggan juga dapat memesan minuman dan makanan menggunakan tablet tulis.
Kedai ini juga menawarkan area komunitas bagi anggota komunitas Tuli untuk mendukung dan menjalankan program dari Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia) dan Pusbisindo (Pusat Bahasa Isyarat Indonesia). Keduanya adalah organisasi yang telah bermitra dengan Starbucks di Indonesia untuk mendukung pendidikan bahasa isyarat bagi masyarakat yang lebih luas.
Pembelajaran Bahasa Isyarat dan Lokakarya
Untuk mendorong budaya hubungan sosial melalui perayaan budaya Tuli dan bahasa isyarat, kedai tersebut juga akan menyelenggarakan pelajaran bahasa isyarat dan lokakarya kopi dalam bahasa isyarat.
“Peresmian Signing Store merupakan pencapaian besar bagi Starbucks Indonesia yang merayakan hari jadinya yang ke-20,” kata Pimpinan PT Sari Coffee Indonesia Anthony McEvoy, mengutip laman resmi Starbucks, Senin (5/12/2022).
“The Signing Store menunjukkan komitmen kami untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan beragam, serta untuk memperluas akses ke semua komunitas,” tambahnya.
Menurutnya, pembukaan kedai ini disambut baik oleh komunitas Tuli dan gangguan pendengaran saat pendaftaran lowongan kerja dibuka. Lebih dari 150 orang mendaftar dari seluruh negeri. Barista yang terpilih adalah kelompok yang beragam, termasuk mantan atlet renang dan model fashion.
“Seperti semua mitra kami, kami sangat antusias untuk membantu memupuk bakat mereka dan memajukan peluang karier mereka,” kata Senior General Manager Human Capital PT Sari Coffee Indonesia Anastasia Dwiyani dalam keterangan yang sama.
Advertisement
Desain Inklusif
Terinspirasi dari budaya bahasa isyarat, kedai ini dipenuhi elemen desain yang menyatukan komunitas tersebut. Logo sirene khas Bisindo langsung terlihat saat pelanggan melewati jalan utama yang sibuk, Jalan Sudirman.
Ada pula logo Starbucks® Bisindo di atas pintu utama. Pelanggan kemudian disambut oleh dinding mural setelah mereka memasuki kedai. Dipajang pula koleksi merchandise eksklusif seperti tumbler bening, tumbler stainless steel, dan mug.
Sedangkan, meja komunitas berbentuk oval memanjang dan detail lingkaran di lantai, juga melambangkan toko yang menyatukan komunitas. Fitur yang paling menonjol adalah lukisan mural setinggi 4m karya seniman Tuli, Indira Natalia, yang terbentang lebih dari 11m di luar toko. Ini menggambarkan kehangatan dan keramahan. Karya seni khas dapat dilihat oleh orang yang lewat di jalan.
“Sebagai seniman Tunarungu, saya sangat bangga dapat berbagi karya seni saya dengan pelanggan dan mitra di Signing Store pertama di Indonesia. Saat bertukar pikiran, saya menyadari bahwa Starbucks selalu berusaha untuk menciptakan lingkungan di mana setiap orang merasa diterima dan dimiliki.”
“Dan inspirasi untuk pekerjaan saya datang dari situ, dengan menghadirkan banyak tokoh (komunitas) berbeda yang disatukan oleh bahasa isyarat dan Starbucks,” kata Indira.
Mendobrak Batas
Indira menambahkan, seni dapat mendobrak batasan dan menyatukan orang, seperti koneksi yang dibagikan orang saat mereka minum kopi.
Ada banyak cara untuk berkomunikasi dan menghubungkan orang-orang dari berbagai latar belakang, dan minum kopi bersama adalah salah satu cara mewujudkannya.
Sambutan baik juga disampaikan oleh Pusbisindo dan Gerkatin. Dalam unggahan Instagram, organisasi ini menyampaikan bahwa kedai dengan konsep seperti ini baik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyandang Tuli.
“Sungguh suatu kehormatan bagi @pusbisindo dan @gerkatin_pusat untuk berkolaborasi dengan @starbucksindonesia dalam pelatihan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) untuk para karyawan starbucks, serta pengembangan SDM Tuli sebagai Barista Tuli di Starbucks.”
“Semoga dengan adanya barista Tuli di starbucks maka kesadaran akan pentingnya akses Bahasa Isyarat Indonesia di publik semakin nyata sekaligus memperluas kesempatan bahwa Tuli juga bisa bekerja di Starbucks setara dengan (teman) dengar,” mengutip unggahan Instagram Pusbisindo.
Advertisement