Liputan6.com, Den Haag - Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC) memutuskan tidak akan mengusut tragedi kapal Mavi Marmara. Sebab jaksa penuntut dari ICC, Fatou Bensouda, mengatakan tidak akan mengambil tindakan hukum atas operasi pasukan komando Israel terhadap kapal-kapal pembawa bantuan kemanusiaan yang berupaya masuk ke Gaza, Palestina pada tahun 2010.
"Keputusan diambil walaupun ada alasan yang masuk akal bahwa terjadi kejahatan perang di dalam salah satu kapal, Mavi Marmara," ucap Bensouda di Den Haag, Belanda, seperti dikutip BBC, Jumat (7/11/2014).
Sembilan pegiat Turki tewas dalam operasi pasukan komando Israel pada 31 Mei 2010. Insiden ini sempat memicu ketegangan antara Israel dan Turki, yang sebelumnya memiliki hubungan baik.
Bensouda menjelaskan, ICC harus memprioritaskan pada kejahatan perang skala besar. "Tanpa meminimalkan dampak dari dugaan kejahatan atas korban dan keluarganya, saya harus menaati Statuta Roma, yang terkait dengannya di mana ICC sebaiknya memprioritaskan kejahatan perang dalam skala besar atau mengejar sebuah rencana atau kebijakan," ucap Bensouda.
Ia memaparkan, ICC menggunakan laporan-laporan dari berbagai penyelidikan yang mengkaji insiden itu saat mengambil keputusan.
Blokade Gaza Dianggap Sah
6 Kapal yang disebut Flotila, berada di sekitar perairan internasional atau 130 kilometer dari garis pantai Israel dengan tujuan memasuki Gaza. Namun iring-iringan kapal pembawa bantuan kemanusiaan ini dihadang blokade Israel.
Pasukan komando Israel mendarat di kapal terbesar, Mavi Marmara, dengan menggunakan tali dari helikopter. Insiden Mavi Marmara sontak memicu ketegangan antara Turki dan Israel.
Bentrokan dan tentara Israel melepaskan tembakan. Hanya saja penyelidikan Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak bisa memastikan pada saat apa sebenarnya tembakan dilepaskan, apakah saat bentrokan, sebelumnya, atau sesudahnya.
Penyelidikan yang dilakukan Israel mengatakan tindakan pasukan komando Angkatan Laut-nya dan blokade atas Gaza sah berdasarkan hukum internasional, walau ada kritik atas operasi militer itu.
Sementara, sebuah panel PBB pada tahun 2011 sepakat bahwa blokade Gaza oleh Israel dianggap sah. Namun soal nyawa melayang dan cedera akibat tindakan tentara Israel dianggap sebagai hal berlebihan dan tidak bisa diterima.
Prioritas Perang Besar, ICC 'Petieskan' Kasus Kapal Mavi Marmara
Padahal, 9 pegiat Turki tewas dalam operasi pasukan komando Israel pada 31 Mei 2010.
diperbarui 07 Nov 2014, 01:32 WIBDiterbitkan 07 Nov 2014, 01:32 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Gas Meledak di Unit Apartemen Jakarta Selatan, 3 Orang Terluka
7 Tips Mengerjakan TOEFL Reading yang Efektif untuk Meningkatkan Skor
Dapatkah PPN Multitarif Menjadi Solusi Adil untuk Mengurangi Ketimpangan Ekonomi?
Diskon Tarif Listrik 50 Persen Bakal Lanjut Setelah Februari 2025? Ini kata Wamen BUMN
Tips Menghabiskan Makanan: Panduan Lengkap Mengurangi Sampah Makanan
Amalan Rutin agar jadi Orang Sukses dan Pintar, UAH Sitir Kisah Ibnu Sina
Merek Fashion Ini Bikin Pakaian Berbahan Bubble Wrap, Pancing Kontroversi
Mino Winner Diduga Lalai dalam Wamil, Dispatch Sebar Fotonya saat Hadiri Pesta Ketiga sedang Menjalani Pelayanan
350 Kata Kata Terima Kasih yang Menyentuh Hati, Lengkap Berbagai Situasi
Liga Arab Serukan Iran agar Tidak Memperburuk Konflik di Suriah
Tips Bekerja saat Puasa: Panduan Lengkap Menjaga Produktivitas di Bulan Ramadan
Evan Dimas: Jangan Terburu-buru Evaluasi Pelatih, Perhatikan Peluang Bermain Pemain di Liga