Liputan6.com, Yerusalem - Dua Tentara Israel dan seorang pasukan perdamaian PBB asal Spanyol dilaporkan tewas dalam baku tembak dengan ilisi garis keras Lebanon Hizbullah. Hal tersebut sontak membuat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu naik pitam.
Bukan cuma marah tokoh konservatif Israel tersebut menjanjikan balas dendam. Secara jelas dia menuntut pertanggungjawaban dari milisi garis keras Hizbullah.
"Mereka yang ada di balik serangan itu akan membayar harga yang mahal," ucap Netanyahu, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (29/1/2015).
"Di semua lini kamis sudah sangat siap untuk bertindak," ancam Netanyahu.
Tindakan Netanyahu ternyata tak sepenuhnya dapat dukungan. Meski tidak menyatakan penolakan, seorang purnawirawan Militer Israel, Letnan Jenderal Israel Ziv menyebut, negaranya tak perlu terlalu terprovokasi. Karena ditakutkan serangan Hizbullah tersebut ditujukkan untuk mengikutsertakan Israel ke dalam perang sipil Suriah.
"Israel harus melindungi kepentingan pribadinya namun mereka tak perlu ambil sikap jika hal tersebut akan menyeret Israel ke dalam krisis Suriah," sebut Ziv.
Israel sendiri diketahui telah lama bersengketa dengan Suriah. Panasnya hubungan kedua negara dimulai saat Israel mengklaim dataran tinggi Golan pada 1967.
Hingga kini, kedua negara masih bersikeras mengklaim Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah mereka. Pada awalnya, kawasan itu merupakan teritori Suriah.
Hizbullah Lebanon dan Iran mendukung Pemerintah Suriah di bawah rezim Bashar al-Assad untuk melawan Israel dalam sengketa ini. (Mut)
Â
Â
Â