Liputan6.com, Washington DC - Donald Trump adalah seorang miliuner. Pundi-pundi kekayaannya itu juga ia pamerkan selama masa kampanye sebagai kandidat calon presiden dari Partai Republik. Salah satunya adalah pesawat pribadi supermewah.
Pada Kamis 23 Juli 2015, Trump menaiki jet miliknya itu menuju Laredo, Texas di wilayah perbatasan AS dan Meksiko. Tujuannya datang ke tapal batas adalah untuk menggarisbawahi apa yang ia sebut sebagai 'masalah sebenarnya'.
"Kita menghadapi potensi marabahaya di perbatasan, dengan masuknya para pendatang ilegal," kata Trump dalam konferensi pers, seperti dikutip dari ABC News, Jumat (24/7/2015).
Bulan lalu, pernyataan pembawa acara The Apprentice itu memicu kontroversi, karena ia menyebut, Imigran dari Meksiko sebagai 'pemerkosa' dan 'penjahat'.
Dalam kunjungannya itu, Trump difoto di depan Boeing 757-200 miliknya, yang ditulisi huruf 'Trump' besar dan berwarna emas. Simbol 'T' warna merah juga terpampang di ekor pesawat.
Baca Juga
Di maskapai komersial, pesawat semacam itu bisa digunakan untuk mengangkut 288 orang -- semua di kelas ekonomi. Namun, kapal terbang milik Trump sama sekali tak ekonomis.
Advertisement
Burung besi itu didesain hanya mengangkut maksimal 43 orang. Tiap penumpangnya akan dilindungi sabuk pengaman yang kunciannya dilapisi emas 24 karat. Demikian menurut video tur yang dirilis pada 2011.
Selanjutnya: Wastafel Berlapis Emas...
Wastafel Berlapis Emas
Wastafel Berlapis Emas
Di dalam kabin juga ada ruang makan, televisi besar, kamar tidur utama dan untuk tamu, bahkan pancuran mandi. Ada juga fitur menonjol berupa wastafel yang dilapisi emas.
Boeing 757 itu memiliki kecepatan 609 mil per jam, dan bisa menempuh jarak 4.400 mil tanpa berhenti. Kapal terbang tersebut memiliki lebar 125 kaki dan panjang lebih dari 155 kaki.
"Semua yang sang pemilik lakukan pada pesawat itu sungguh spektakuler," kata John Dunkin, pilot Trump pada tayangan Mighty Planes yang disiarkan Smithsonian Channel, seperti dikutip dari CNN, Jumat (24/7/2015).
"Untuk ukuran sebesar itu, pesawat tersebut terbang dengan kecepatan tinggi. Sangat nyaman, juga bisa menangani turbulensi dengan baik. Ibarat Ferrari di angkasa."
Belakangan, pesawat memang menjadi pilihan banyak calon presiden untuk berkampanye ke seantero Negeri Paman Sam. Termasuk Barack Obama yang menggunakan moda transportasi itu pada tahun 2008 dan John Kerry pada tahun 2004.
Pesawat 757 versi militer, yang disebut C-32, juga digunakan untuk mengantarkan Menlu AS, Ibu Negara, dan terkadang difungsikan sebagai Air Force One -- pesawat kepresidenan AS.
Selanjutnya: 2 Pesawat dan 2 Helikopter...
Advertisement
2 Pesawat dan 2 Helikopter
2 Pesawat dan 2 Helikopter
Pesawat milik Trump dirakit pada 1991, dan salah satu perusahaannya mengambil alih kepemilikan pada tahun 2010.
Boeing 757 dipilih Trump untuk mengganti pesawat lamanya, 727 yang dibuat pada 1968 dan awalnya diterbangkan oleh American Airlines.
Pesawat itu, yang dikonfigurasi dengan tempat duduk untuk 24 orang dan satu kamar tidur, kepemilikannya terdaftar di Bermuda. Burung besi itu kemudian dijual kepada sebuah perusahaan penerbangan carter yang sekarang mengarungi langit Asia.
Trump juga memiliki 'pesawat dinas' Cessna Citation X, yang bisa menampung 12 orang dengan nyaman di dalamnya.
Pesawat putih itu dicat putih, dengan logo keluarga Trump yang berwarna emas di dekat pintu penumpang. Namun tak seperti kapal terbang yang lebih besar, tak ada tulisan nama sang jutawan di bagian luar badan pesawat.
Pesawat yang teregristasi FAA dengan nomor N725DT itu juga tak memuat alamat markas perusahaannya, Trump Tower di New York: 725 5th Ave.
Tak hanya itu, Trump juga memiliki 2 helikopter Sikorsky S-76B buatan 1989 dan 1992.
Punya empat kendaraan angkasa adalah hal luar biasa, di kalangan para jutawan sekalipun. Namun, bagi Trump, itu sejatinya adalah penurunan.
Sebelumnya, ia pernah punya maskapai penerbangan yang armadanya dilengkapi 17 pesawat. Trump kala itu membeli layanan antar-jemput Eastern Airline seharga US$ 380 juga pada 1989 -- yang menawarkan jasa penerbangan antara kota di kawasan timur laut.
Namun, perusahaannya itu menghadapi kesulitan keuangan. "Sebuah resesi ekonomi menyebabkan perusahaan-perusahaan besar memangkas biaya perjalanan udara. Ditambah lagi ketegangan di Timur Tengah saat Irak menginvasi Kuwait -- menyebabkan harga bahan bakar berlipat ganda, memberikan tekanan luar biasa pada Trump Shuttle," demikian menurut sejarah yang diterbitkan oleh pemiliknya saat ini, US Airways.
Pada tahun 1992 maskapai Trump pailit, diambil alih oleh bank, dan dijual ke US Air. Saat ini penerbangan dioperasikan oleh US Airways, anak perusahaan dari American Airlines. (Ein/Ans)