Liputan6.com, Washington DC - Komandan pasukan aliansi Afghanistan yang dipimpin AS mengakui bahwa serangan udara terhadap rumah sakit milik organisasi Doctors Without Borders atau Medecins Sans Frontieres (MSF) adalah kesalahan. Jenderal John Campbell dalam keterangannya mengataka bahwa Amerika Serikat tidak ada niat sedikitpun untuk menyerang fasilitas kesehatan tersebut.
Setidaknya 22 orang tewas dalam serangan koalisi untuk merebut kota Kunduz dari Taliban.
Baca Juga
Campbell juga menekankan bahwa AS akan kembali memperkuat kekuatan militernya di Afghanistan tahun 2016 mendatang. Tindakan AS tersebut diambil apabila Taliban terus-menerus menyerang militer Afghanistan.
Advertisement
"Serangan udara atas rumah sakit benar-benar murni kesalahan. Kami tidak ada niat sedikitpun menargetkan fasilitas yang dilindungi macam rumah sakit," kata Campbell seperti dikutip dari BBC Rabu (7/10/15)
Ia juga mengatakan bahwa tidak dalam posisinya memberikan detail serangan. Perlu banyak langkah dan pintu untuk meminta detail kesalah tersebut.
Gedung Putih pada Selasa 6 Oktober sudah meminta untuk menginvestigasi tragedi itu.
Namun, MSF telah meminta pihak independen untuk menginvestigasi serangan tersebut. Organisasi itu mengendus bahwa rumah sakitnya dijadikan target oleh pemerintah Afghanistan. Mereka juga meminta komunitas internasional memasukan insiden ini sebagai kejahatan perang.
"Sampai terbukti ini murni kesalahan, kami akan mengansumsikan bahwa ini adalah kejahatan perang," kata Presiden MSF Joanne Liu yang tidak memperdulikan alasan AS.
"Ini Rumah Sakit yang cukup terkenal. Kami punya koordinat GPS yang saban kali kami perbarui dan kami berikan kepada pasukan koalisi AS dan militer Afghan. Terakhir kami berikan datanya pada Selasa 29 September 2015," tutur dia.
"Serangan ini tidak bisa dimaafkan begitu saja dan dianggap kesalahan murni atau dianggap resiko peperangan. Tidak," tutupnya dengan geram.
Rumah Sakit MSF adalah satu-satunya fasilitas kesahatan terlengkap di Kunduz. Akibat serangan udara yang mematikan ini, mereka berencana menutup operasi ini hingga penyelidikan tuntas.
Sementara itu, Komandan Pasukan Khusus Afghanistan di Kunduz menepis kabar bahwa pasukannya yang meminta AS untuk menyerang fasilitas kesehatan itu.
Komandan militer Afghanistan, Abdullah Guard mengatakan, saat itu 500 pasukannya dihujani peluru oleh Taliban di sekitar wilayah rumah sakit itu. Ia mengakui telah meminta bantuan AS.
"Kami diperbolehkan untuk meminta bantuan serangan udara untuk melawan musuh. Namun, bukan berarti itu mengebom rumah sakit," katanya kepada Reuters. (Rie/Mut)