Dino Patti Djalal: Pro Bisnis Juga Bisa Berarti Pro Rakyat

Perguruan Tinggi ternama Australia, University of New South Wales (UNSW) menggelar acara Business Think di Indonesia.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 26 Nov 2015, 22:25 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2015, 22:25 WIB
Dino Patti Djalal
Menurut Dino Patti Djalal, pro bisnis juga bisa berarti pro rakyat.

Liputan6.com, Jakarta Pro bisnis atau pro rakyat? Sejumlah orang masih terjebak dengan dikotomi tersebut. Padahal, menurut pendiri Foreign Policy Comunity of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal, dunia usaha menjadi faktor penting untuk membuat perekonomian negara, termasuk Indonesia, bisa lebih maju dan pesat.

Dan, ketika dunia bisnis berkembang, perekonomian maju, maka rakyat banyak bisa memetik manfaatnya.

"Pemerintah, pengusaha, dan rakyat harus menerima paradigma pro bisnis ini. Sebab, pro bisnis pro rakyat.  Orang yang akan menciptakan lapangan kerja berasal dari sektor swasta," kata mantan Dubes RI untuk AS itu di sela perhelatan Business Think yang digagas University of New South Wales (UNSW) di SCTV Tower, Kamis (26/11/2015).

Senada, Alumni UNSW, Eddy Kusnadi Sariaatmadja mengatakan,  kondisi yang memungkinkan sektor bisnis berkembang  bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

"Pro bisnis bisa meningkatkan kehidupan rakyat dan juga kalangan bawah. Sektor privat juga bisa meningkatkan perekonomian negara," tutur dia.

Untuk kali pertamanya, diskusi internasional Business Think yang digagas UNSW, digelar di Indonesia. Sejumlah tokoh penting hadir, di antaranya Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan HAM Luhut Binsar Panjaitan dan sejumlah duta besar negara sahabat.

Dubes Australia untuk Indonesia, Paul Grigson mengatakan, acara Business Think memiliki banyak manfaat bagi perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia, juga Negeri Kanguru.

"Ini merupakan acara luar biasa. Kita bisa melihat apa saja potensi yang dapat dikerjakan Indonesia dan Australia," ucap Grigson di SCTV Tower, Kamis (26/11/2015).

"Ada poin menarik di sini terkait generasi muda. Kedua negara bisa belajar satu sama lain termasuk cara berwirausaha serta soal teknologi," tutur Dubes Grigson. (Ger/Ein)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya