Liputan6.com, Los Angeles - Panik melanda Los Angeles, Amerika Serikat setelah aparat menerima surat elektronik atau email dari seseorang yang mengklaim sebagai 'pejuang jihad'.
Si pelaku mengancam akan menyerang sekolah-sekolah, bersama komplotannya yang berjumlah 32, dengan gas pelumpuh saraf (sarin), bom, juga senapan.
Pelaku mengaku bergabung dengan 'sel jihad' setelah jadi korban bullying dan tak diterima di salah satu SMA di Los Angeles.
Akibatnya, pada Selasa 15 Desember 2015, hampir 1.100 sekolah ditutup, lebih dari 640 ribu murid diperintahkan tetap berada di rumah. Hari itu sekolah diliburkan.
Baca Juga
"Sebagai inspektur saya tak akan membiarkan nyawa murid-murid terancam," kata pengawas sekolah Los Angeles, Ramon C. Cortines, seperti dikutip dari New York Times, Rabu (16/12/2015).
Keputusan tersebut berdampak pada jutaan orang -- murid, guru, dan orangtua. "Aku tak pernah menerima peringatan," kata Christine Clarke, yang bergegas ke Hollywood High School, panik mencari buah hatinya setelah mendengar berita soal teror di radio.
Advertisement
Ancaman serupa juga diterima New York. "Setiap sekolah di New York City jadi target, kami telah menyembunyikan bom-bom dalam sejumlah loker," demikian isi ancaman tersebut.
Namun, tak ada sekolah yang diliburkan, meski tim SWAT memang telah dikerahkan ke sejumlah sekolah.Â
Baca Juga
"Kami akhirnya sampai pada kesimpulan untuk tetap melanjutkan kegiatan belajar-mengajar," kata Walikota New York, Bill de Blasio. "Kami merasa adalah penting untuk tidak bereaksi berlebihan dalam situasi seperti ini.
Saat mengambil keputusan, pihak New York tak tahu bahwa Los Angeles menerima ancaman serupa. Pun sebaliknya.
Stephen Davis, dari Kepolisian New Yok atau New York Police Department (NYPD) mengatakan, "email yang diterima aparat dua kota kalimatnya serupa, hanya nama kota yang berubah dan jumlah penyerang yang tak sama."
Petunjuk Penting
Komisioner Polisi New York, mengatakan, setelah menelaah email tersebut, pihaknya memutuskan bahwa ancaman itu bohong belaka alias hoax.
Aparat di sana menemukan petunjuk bahwa itu adalah teror 'palsu'. Salah satunya, dari kata 'Allah' yang ditulis dengan huruf 'a' kecil.
Padahal, anggota parlemen asal Partai Demokrat yang mewakili Los Angeles, Brad Sherman, mengatakan ancaman teror itu ditandatangani seseorang yang dari namanya, diduga pria Arab.
"Kata 'Allah' disebutkan beberapa kali di email. Namun ada yang ditulis dengan huruf 'a' kecil. Seorang muslim yang taat atau ekstremis pasti akan berhati-hati menuliskan kata 'Allah'," kata dia.
Sherman menambahkan, sejumlah elemen dalam ancaman email itu tak kredibel, termasuk jumlah pelaku penyerangan dan klaim bahwa mereka punya akses ke gas sarin.
Komisioner Kepolisian New York William J. Bratton menduga, penulis ancaman itu terinspirasi episode terbaru serial televisi 'Homeland' yang menggambarkan plot serangan gas sarin di Berlin, Jerman.
Kemudian, pada Selasa waktu setempat, aparat mengaku yakin bahwa email di Los Angeles juga hoax. Sekolah-sekolah akan dibuka kembali pada Rabu.
"Kami umumkan bahwa FBI menyimpulkan bahwa ancaman itu tak kredibel," kata Walikota Los Angeles, Eric M. Garcetti. "Aman bagi anak-anak kita untuk kembali ke sekolah besok."
Meski dianggap bereaksi berlebihan, Los Angeles saat ini sedang dicekam kekhawatiran gara-gara serangan teror di kota terdekat, San Bernardino yang menewaskan 14 orang dan melukai 22 lainnya. Sama seperti yang dirasakan New York pascaserangan teror 9/11.