Liputan6.com, California - Miliaran tahun yang lalu, Bumi kita terbentuk, dan menurut sebuah studi, ternyata planet biru itu terjadi akibat dari dua planet yang bertabrakan begitu hebat.
Saat itu, Bumi muda dan planet 'embrio' bernama Theia bertabrakan. Begitu hebatnya, hingga membentuk Bulan. Tumbukan itu terjadi pada 100 miliar tahun lalu. Debu dan material itulah yang membentuk Bumi yang kita tinggali semalam, dan Bulan yang kita lihat di malam hari.
Baca Juga
Hal itu disimpulkan setelah mempelajari bebatuan Bulan yang dibawa ke Bumi oleh astronot dari misi Apollo. Para ilmuwan dari University of California menemukan bahwa isotop oksigen mereka sama dengan Bumi.
Advertisement
Artinya, telah terjadi hantaman antara Theia dan Bumi begitu hebat, sehingga dua planet itu bergabung menjadi satu menjadi planet baru, sedangkan bongkahannya membentuk Bulan, dikutip Telegraph, Minggu (31/1/2016)
"Kami sulit menemukan perbedaan antara isotop oksigen Bumi dan Bulan," ungkap Edward Young, pimpinan penulisan studi terbaru dan dosen geokimia dan kosmo kimia di UCLA.
"Theia bergabung dengan Bumi maupun Bulan, hancur, lalu melebur dalam keduanya. Ini menjelaskan mengapa tanda-tanda Theia sama, baik di Bumi maupun Bulan."
Tabrakan dengan Theia terjadi kira-kira 100 juta tahun setelah embrio Bumi terbentuk atau sekitar hampir 4,5 triliun tahun lalu.
Dipercaya Theia bertabrakan dengan Bumi pada sudut 45 derajat atau lebih, dijelaskan oleh penulis sebagai 'hantaman samping luar biasa'.
Periset menganalisis tujuh batu yang dibawa ke Bumi dari Bulan oleh misi Apollo 12, 15, dan 17, bersama dengan enam batu vulkanik dari lapisan bumi, lima dari Hawaii dan satu dari Arizona.
Baca Juga
Kunci dari merekonstruksi ulang tabrakan hebat tersebut adalah bahan kimia khas yang terkandung dalam atom oksigen bebatuan. Lebih dari 99,9 persen oksigen di Bumi merupakan O-16, disebut demikian karena setiap atomnya mengandung delapan proton dan delapan neutron.
Namun, ada juga jumlah kecil isotop oksigen yang lebih berat, O-17, yang memiliki satu neutron ekstra, dan O-18, yang memiliki dua ekstra neutron.
Tahun 2014 lalu, tim ilmuwan Jerman melaporkan di Jurnal Science bahwa Bulan juga memiliki rasio isotop oksigen yang unik dan berbeda dari Bumi. Namun riset terbaru menemukan bukan demikian kasusnya.
Tim riset profesor Young menggunakan teknologi dan teknik terbaru untuk membuat pengukuran yang amat hati-hati dan tepat, dan memverifikasinya dengan instrumen pengukuran atom terbaru dari UCLA.
Theia yang hancur dalam tabrakan, namun menjadi bagian dari Bumi dan Bulan, akan bertumbuh dan menjadi planet jika tabrakan tak terjadi, tambah Profesor Young.
Profesor Young dan ilmuwan lainnya percaya planet itu berukuran kurang lebih sama dengan Bumi, namun ada juga yang percaya ukurannya lebih kecil, seukuran Mars.
Adanya tabrakan diperkirakan pertama kali tahun 2012 oleh Matija Cuk, sekarang ilmuwan riset SETI Institute, dan Sarah Stewart, sekarang dosen di UC Davis, dan secara terpisah di tahun yang sama oleh Robin Canup dari Southwest Research Institute.
Riset terbaru ini diterbitkan di jurnal Science.
Berikut ilustrasi terciptanya Bumi versi terbaru ini.