Liputan6.com, Damaskus - ISIS, kelompok teroris itu mengincar remaja di seluruh penjuru dunia untuk direkrut demi menjadi loyalis mereka. Dibumbui dengan janji-janji surgawi, tak sedikit yang terjerat.
Meninggalkan keluarga, harta, dan kehidupan normal mereka, para remaja yang berasal dari berbagai negara itu rela berangkat ke medan perang di Suriah.
Baca Juga
Tak hanya kaum pria, sejumlah wanita cantik pun bersedia mengorbankan segala yang mereka miliki untuk bergabung dengan kelompok teroris pimpinan Abu Bakr al-Baghdadi itu.
Advertisement
Dilansir dari berbagai sumber, berikut empat perempuan cantik yang berada dalam lingkaran ISIS:
Aqsa Mahmood
November 2013 mungkin akan selamanya dikenang oleh Muzaffar sebagai momen penting dalam hidupnya. Pasalnya, hari itu sang putri, Aqsa Mahmood memberikannya pelukan terakhir yang diiringi dengan ucapan "Khuda hafiz", berarti "Semoga Tuhan melindungi Anda".
Perempuan berusia 19 tahun itu berangkat dari kediamannya di Glasgow, Skotlandia untuk bergabung dengan teroris ISIS. Empat hari kemudian, ketika tengah menyeberang ke Suriah ia menelepon orangtuanya, namun tak dijelaskan apa yang mereka bicarakan.
Pasca-bergabung dengan ISIS, Aqsa kerap muncul di sejumlah media sosial, ia memuji ideologi ISIS dan menyerukan serangan terhadap negara-negara Barat. Ia juga memposting foto AK-47 dan proses eksekusi mati yang dilakukan kelompok teroris tersebut.
Saat itu para pengamat menyakini Aqsa berperan dalam memikat tiga gadis remaja asal Inggris untuk berangkat ke Suriah, mengikuti jejaknya.
Melalui salah satu postingan di akun media sosial, Tumblr miliknya ia mengejek kebijakan pemerintah yang akan menyita paspor siapa saja yang berusaha untuk bergabung dengan ISIS.
"Aku bersumpah ini adalah lelucon terbesar dalam pekan ini," ujar perempuan itu seperti dikutip dari CNN, Selasa (6/9/2016).
Tertegun dengan kelakukan Aqsa, keluarganya pun memberikan pernyataan.
"Kamu adalah aib bagi keluargamu dan rakyat Skotlandia. Tindakanmu adalah sesat dan mendistorsi Islam dengan jahat," kata keluarga Aqsa.
"Melalui tindakanmu kamu telah membunuh keluargamu setiap hari. Kami memohon agar kamu berhenti melakukannya jika kamu memang pernah mencintai kami," imbuh keluarga tersebut.
Namun menurut pihak keluarga, putri mereka bukanlah satu-satunya pihak yang harus disalahkan atas keputusannya berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.
Orangtua Aqsa juga mempertanyakan mengapa otoritas yang telah memantau akun media sosial milik anak mereka selama berbulan-bulan diam saja dan tak melakukan sesuatu untuk mencegah kepergiannya.
Pertanyaan yang sama juga diajukan terkait kasus terjeratnya tiga remaja Inggris yang direkrut Aqsa.
Pihak keluarga serta kuasa hukum meyakini Aqsa menjelaskan alasan ia bergabung dengan ISIS dalam situs Tumblr miliknya. Akun media sosial itu penuh gambar termasuk foto yang mengejek Presiden Suriah, Bashar al-Assad, anak-anak yang terluka dan banyak lagi.
Banyak orang yang menyukai isi blog Aqsa bahkan tak sedikit pula yang me-reblog posting tersebut. Dalam blog nya, perempuan itu menuliskan bahwa hanya orang miskin atau terpinggirkan yang tertarik dengan ISIS.
Sementara itu, sebuah artikel yang dimuat pada 11 September 2014 berjudul 'Diary of a Muhajirah' menyebutkan bahwa, "Media pada awalnya mengklaim bahwa orang-orang yang melarikan diri untuk berjihad selalu adalah orang yang gagal, tidak memiliki masa depan, dan dari keluarga yang berantakan. Namun itu sama sekali tidak benar".
"Kebanyakan saudara perempuan yang saya temui justru adalah mahasiswa perguruan tinggi dengan masa depan yang menjanjikan, keluarga bahagia, teman, dan segalanya. Jika kita memilih tinggal kita bisa saja menikmati itu semua, kehidupan yang santai, nyaman, dan banyak uang," tulis Aqsa.
Pernyataan-pernyataan inilah yang dinilai oleh pihak keluarga dan kuasa hukum mereka menjadi alasan di balik keputusan Aqsa bergabung dengan ISIS.
Pihak keluarga menggambarkan dalam kehidupan sehari-hari tak ada yang patut dicurigai dari Aqsa. Ia bersikap layaknya remaja normal di mana ia mendengarkan musik Coldplay, membaca buku 'The Hunger Games' bahkan Harry Potter.
"Ia tidak kelihatan memiliki keyakinan ekstremis. Tapi ketika perang saudara meletus di Suriah, ia menjadi lebih peduli tentang kekerasan dengan mulai berdoa dan membaca Alquran," kata orangtuanya.
Menurut sang ibu, Khalida Mahmood putrinya tidak menyukai bepergian dengan pesawat. Ketika menjadi mahasiswa ia memang telah meninggalkan bacaan fiksi anak-anak, namun sesekali ia pergi menonton ke bioskop bersama dengan saudara perempuannya.
Seolah sudah teracuni dengan sempurna oleh ideologi ISIS, dalam akun Tumblr-nya ia pun mengajak orang-orang untuk bergabung dengan kelompok teroris itu yang disebutnya menjanjikan imbalan yang banyak.
Sebagai imbalannya, pengikut setia ISIS akan mendapat hadiah dari Allah berupa 'sebuah rumah dengan listrik dan air yang gratis juga tanpa biaya sewa'.
"Kedengarannya hebat kan?" tulis Aqsa.
Ia menambahkan, para pengikut kelompok teroris itu harus bersiap untuk hadiah yang lebih besar lagi di kehidupan selanjutnya.
Sabra Kesinovic
Paras cantik dan sorot mata menawan. Pesona tersebut membuat perempuan muda asal Austria, Sabra Kesinovic dijadikan 'model' untuk propaganda ISIS.
Pemudi 17 tahun tersebut memang bergabung dengan organisasi teror tersebut, setelah meninggalkan kampung halamannya di Wina. Kesinovic menuju markas ISIS bersama temannya, Sabina Selimovic (16).
Kedua perempuan muda itu difoto menggunakan ikat kepala bertulis slogan, seraya mengacungkan senapan Kalashnikov (AK), dikelilingi para kombatan pria.
Mereka juga dijepret kamera sedang mengenakan cadar, dengan tangan menunjuk ke langit.
Belakangan, kabar buruk menimpa Sabra Kesinovic. Ia dilaporkan dipukuli hingga tewas oleh sesama anggota ISIS, setelah ketahuan mencoba kabur dari Raqqa, kota di Suriah yang diklaim sebagai ibu kota kelompok penebar teror itu.
Kematiannya yang tragis dimuat dalam pemberitaan media Österreich dan Kronen Zeitung.
Namun, pemerintah Austria menolak berkomentar soal laporan tersebut. "Kami tak bisa mengomentari kasus-kasus individual," kata Thomas Schnöll, juru bicara Kementerian Luar Negeri Austria seperti dikutip dari Telegraph.
Tak hanya Kesinovic yang kehilangan nyawa. Gadis satunya, Sabina Selimovic, juga dilaporkan tewas dalam sebuah pertempuran di Suriah tahun lalu.
Advertisement
Umm Muthanna Al Britaniyah
Rayuan mautnya di dunia maya tentang ISIS dan pria-prianya mampu membuat para wanita muda Inggris mabuk kepayang.
Mereka berbodong-bondong ke Suriah menjadi 'pengantin jihad' bagi para tentara kelompok teroris yang paling kejam di muka bumi itu.
Sosok di balik burqa sambil membawa AK- 47 adalah sang mak comblang perayu para wanita muda bernama Umm Muthanna Al Britaniyah.
Ternyata, Muthanna adalah mantan mahasiswa di London dengan nama Tooba Gondal. Ia masih berusia 22 tahun dan ayahnya adalah pebisnis sukses di negeri Ratu Elizabeth II.
Dalam beberapa tahun, perubahannya, dari mahasiswi bahagia yang bakal meninggalkan kampus hingga jadi 'cheerleader' ISIS memakai burqa menyandang AK 47.
Dilansir dari Daily Mail, Gondal bertugas untuk merayu para gadis di dunia maya, mencekoki mereka dengan 'surga' ISIS dan menikahi para tentaranya.
Pada Mei tahun lalu, menggunakan nama Fatima, ia mengajak remaja Inggris agar bepergian ke Suriah, bergabung dengan ISIS menikahi para tentaranya.
Ia meminta remaja-remaja itu setidaknya merayu 1 atau 2 saudaranya -- perempuan 16 tahun-- dan membawanya ke Suriah itu.
Mereka berencana terbang ke Swiss lantas ke Istanbul dan melalui jalan darat menuju perbatasan Suriah.
Namun rencana itu gagal oleh wartawan yang menyamar.
Wartawan itu lantas memperingatkan polisi tentang aksi Gondal. Pihak berwenang sayangnya tak bisa menemukan Gondal, namun berhasil menangkap saudaranya.
Semenjak saat itu, Gondal jadi target deredikalisasi oleh Prevent -- unit khusus antiterorisme di Scotland Yard.
Tak ada yang mengetahui bagaimana Gondal yang berasal London Timur bisa bergabung dengan ISIS.
Ia merupakan anak perempuan pertama pengusaha di London. Menurut teman-temannya, Gondal merupakan sosok cerdas dan selalu meraih nomor satu di tiap mata pelajaran di Kelmscott School. Meski banyak yang mengatakan ia sosok remaja pemberontak pada umumnya.
Foto di buku tahunan tahun 2010, memperlihatkan ia memakai jilbab. Namun, teman-temannya mengatakan ia kerap membuka penutup aurat itu ketika berangkat sekolah dan memakainya saat pulang.
"Ia sejenis remaja pemberontak. Aku pikir wajar. Ia datang ke sekolah pakai kerudung, lalu membukanya sesampai di sekolah," kata salah seorang temannya yang enggan disebut identitasnya.
Seorang teman lain mengatakan, Gondal juga perokok dan memiliki beberapa pacar. Ia mencintai boy band dan musik yang selama ini dilarang oleh ISIS.
Salah seorang teman yang jadi kontak Gondal di media sosial kaget dengan perubahan selama 2 tahun terakhir.
"Ia mulai memposting ayat-ayat dan berbicara tentang agama. Aku tak tahu apa yang membuatnya seperti itu," katanya.
Gondal diketahui tinggal di Raqqa semenjak Januari 2015. Ia mulai bermain Twitter tak lama sesudahnya.
Gondal diketahui telah menikah dengan tentara ISIS dari Lebanon, Abu Abbas Al-Lubhani yang tewas dalam serangan udara. Saat itu, Gondal berkicau, "Suamiku tewas... ia pun syuhada di Hasakah."
Sang ayah, Mohammed Bashir Gondal, mengonfirmasi putrinya ke Suriah pada tahun lalu. Ia juga meyakini putrinya hidup bersama anggota ISIS lainnya.
Bashir sendiri tak tahu bagaimana anak putri pertamanya itu bisa kabur.
Dengan bahasa Inggris terbata-bata ia berkata, "Andai saja tahu kalau putriku ke Suriah, aku pasti akan mencegahnya..."
Kepolisian Inggris menolak berkomentar mengenai Gondal pun demikian dengan Goldsmiths University.
Cuitan paling anyar Gondal menyebut: "Dosa-dosaku sangat banyak. Orang-orang disekitarku meninggal. Kapan giliranku, ya Tuhan? Kapan aku bergabung dengan suamiku..."
Kimberley Miners
Mantan model seksi Kimberley Miners diyakini berkomunikasi dengan seorang militan Inggris yang berada di Suriah. Ia disebut-sebut ingin bergabung dengan ISIS.
Wanita berusia 27 tahun asal Bradford itu menggunakan nama Aisha Lauren al-Britaniya di media sosial. Ia kerap mem-posting gambar wanita yang mengacungkan senapan dan senjata lainnya.
Walaupun dalam media sosial ia memasang foto bercadar dan hanya menyisakan mata birunya, sehari-hari Miners mengenakan jeans ketat dan membiarkan rambutnya tergerai. Demikian seperti dikutip dari News.com.au.
Pada Jumat, 2 September, Mines mengaku pernah dua kali pergi ke Turki dan berencana mengunjungi negara itu kembali pada akhir tahun. Namun, ia membantah bahwa dirinya akan menikahi militan ISIS.
Berbagai aktivitas mencurigakan ia lakukan di media sosial, seperti me-like dan membagikan video ISIS. Hal tersebut memicu polisi anti-terorisme dan MI5 melakukan penyelidikan kepadanya.
Pihak berwenang pun pernah empat kali berbicara kepada Mines dan merujuknya ke program anti-radikalisasi. Wanita itu juga telah diperingatkan bahwa polisi tak segan menangkapnya jika ia terus terlibat dalam aktivitas yang menyangkut ekstremisme.
Mines bersikeras bahwa ia tak setuju dengan aksi ekstrem yang dilakukan ISIS dan mengaku prihatin dengan nasib anak-anak pengungsi Suriah. Namun, mantan model itu mengaku berkomunikasi langsung dengan perekrut ISIS Abu Usama al-Britani melalui Facebook.
Dari kasus tersebut, militan ISIS tampaknya telah berani menggunakan media sosial untuk merekrut 'pengantin' dari Inggris dan negara-negara Barat.
Mines pertama kali muncul di media nasional pada 2009 ketika ia berubah profesi dari petugas kebersihan jalanan menjadi model topless.
"Orang-orang berpikir bahwa itu merupakan hal aneh di mana saya bisa menjadi sangat glamor dan di saat yang sama melakukan pekerjaan kotor. Namun begitu, aku menyukainya," ujar Mines.
Kunjungannya ke Turki pada Oktober 2015 mengindikasi bahwa "liburan" Mines berakhir di sebuah kamp pengungsi dekat perbatasan Suriah.
"Aku ingat melihat anak berusia tiga tahun dan seorang bayi di pinggir jalan," ujarnya.
"Aku merasa perlu untuk terus memberi tahu semua orang tentang apa yang sebenarnya terjadi. Aku hanya ingin membantu anak-anak...sangat menyedihkan apa yang telah mereka alami," ucapnya.
Minatnya dalam perang sipil Suriah berkembang dengan menonton dan membagikan video kekerasan ISIS. "Aku telah banyak membagi banyak (video) bom dan semacamnya," ujarnya.
Ketika ditanya apakah dia mendukung ISIS, Mines menjawab bahwa kelompok radikal itu berada di sana untuk melindungi agama. Namun ia mengaku tak pernah benar-benar tahu akan hal tersebut dan itu membuatnya berada dalam masalah.
Mines pun mengaku telah berkomunikasi dengan Abu Usamah bulan lalu.
"Ia berkata padaku, 'jika kamu bisa meninggalkan Inggris, maka tinggalkan saja'," ungkap Mines.
Advertisement