Liputan6.com, Paris - Lampu di puncak menara yang terkenal sebagai Eiffel Tower dimatikan pada Rabu, 14 Desember 2016. Hal itu dilakukan demi solidaritas kemanusiaan kota yang tengah terkepung di Suriah, Aleppo.
Wali Kota Paris, Anne Hidalgo, mengumumkan landmark ikonik Kota Fashion itu akan mati pada pukul 20.00 waktu setempat. Demikian seperti dikutip dari The Independent, Kamis (15/12/2016).
Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB memberi label apa yang terjadi di kota Aleppo adalah "runtuhnya kemanusiaan" karena ratusan ribu nyawa tewas.
Advertisement
"Malam ini, pukul 20.00, @LaTourEiffel akan gelap sebagai simbol dukungan kota @Paris di #Alep dan seluruh penghuninya," tulis Hidalgo dalam Twitternya.
Menara Eiffel biasanya menyalakan lampunya mulai pukul 01.00 dan 02.00 dan menjadi simbol persatuan.
Sebelumnya, demi solidaritas terhadap para korban pembunuhan di kelab malam gay Orlando yang menewaskan 49 orang, menara Eiffel menampilkan lampu dengan warna-warni pelangi. Pun kala Brussel dilanda bom, landmark itu menampilkan warna bendara Belgia. Demikian pula saat serangan di Paris, ikonik kebanggaan itu "disulap" tampil dengan gambar bendera Prancis.
Lampu di puncak menara itu juga mati pada 13 November 2015 saat ISIS menyerang Prancis dan menewaskan 130 orang.
"Langkah simbolik di sebuah bangunan yang dikenal di seluruh dunia bertujuan untuk sekali lagi mengingatkan masyarakat internasional atas kebutuhan tindakan mendesak bagi Aleppo," kata kantor Hidalgo, dalam sebuah pernyataan.
PBB yakin pasukan pro-pemerintah membantai sedikitnya 82 warga sipil dan mengambil alih Aleppo yang terkepung.
Militer Suriah mengklaim telah menguasai 98 persen dari Aleppo timur yang dikuasai pemberontak awal pada Senin pagi.
Sekitar 8.000 pemberontak, termasuk afiliasi al-Qaeda, telah terputus dari bala bantuan dan persediaan makanan sejak Agustus.
Di House of Commons, mantan Kanselir George Osborne mengatakan ia mengambil tanggung jawab pribadi atas Aleppo, sementara anggota parlemen dari Partai Buruh Emily Thornberry mengatakan pemerintah Suriah, Rusia, dan Iran berduka atas tindakan yang memalukan dan tidak terhormat itu.