Bicara Toleransi, Pangeran Charles Sebut Perjuangan Nabi Muhammad

Pangeran Charles menyampaikan serangan vokal melawan kebencian terhadap agama tertentu.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 23 Des 2016, 06:48 WIB
Diterbitkan 23 Des 2016, 06:48 WIB
Pangeran Charles dan Camilla
Pangeran Charles dan Camilla saat berkunjung ke Masjid Agung Sheikh Zayed, Uni Emirat Arab (AP)

Liputan6.com, London - Pewaris takhta kerajaan Inggris, Pangeran Charles angkat bicara tentang intoleransi.

Ia mengingatkan bahwa fenomena meningkatnya ekstremisme populis dan intoleransi terhadap agama lain berisiko mengulangi "horor" Holocaust.

Berbicara di saluran BBC Radio 4 Today, Pangeran Charles menyampaikan serangan vokal melawan kebencian terhadap agama tertentu. Ia mendesak agar orang-orang yang melarikan diri dari penganiayaan diperlakukan dengan ramah.

"Saat ini kita melihat munculnya banyak kelompok populis di seluruh dunia yang semakin agresif terhadap mereka yang menganut agama minoritas.

Orang-orang ini membangkitkan kembali ingatan tentang hari-hari gelap pada tahun 1930-an," ujar putra mahkota Inggris yang lahir pada pada 14 November 1948 itu seperti dilansir The Guardian, Kamis (22/12/2016).

"Generasi orang tua saya berjuang dan mati dalam pertempuran melawan intoleransi, ekstremisme mengerikan dan upaya tidak manusiawi untuk memusnahkan populasi Yahudi dari Eropa," tambahnya.

Ayah dari Pangeran William dan Harry itu tidak sedikit pun menyinggung nama tokoh dunia. Namun pidatonya disebut-sebut sebagai referensi terselubung terhadap sejumlah fenomena mulai dari perilaku presiden terpilih AS, Donald Trump, kebangkitan sayap kanan jauh, dan sikap memusuhi pengungsi di Inggris.

"Hampir 70 tahun kemudian kita masih harus menyaksikan penganiayaan jahat kepada seluruh keyakinan. Kita berutang kepada orang-orang yang menderita dan tewas dengan begitu mengerikan untuk tidak mengulang kengerian masa lalu," kata Charles dalam pidatonya.

Anak sulung Ratu Elizabeth II itu mengatakan, kebencian terhadap agama belakangan meningkat. Hal ini disebutnya telah memicu gelombang pengungsian.

"Menurut PBB, 5,3 juta lebih orang telah meninggalkan rumah mereka pada tahun 2015, lebih banyak dari tahun sebelumnya, sehingga jumlah total dari mereka 65,3 juta. Itu nyaris setara dengan seluruh penduduk Inggris," ungkap Charles.

"Penderitaan mereka tidak berakhir ketika mereka tiba untuk mencari perlindungan di negeri asing," imbuhnya.

Terkait dengan perayaan Natal, Pangeran Charles mendesak umat Kristiani untuk mengingat kembali "bagaimana kisah kelahiran itu sendiri ditandai dengan pengungsian Keluarga Kudus demi menghindari penganiayaan".

Charles juga mengingatkan tentang perjuangan Nabi Muhammad, junjungan umat Islam. 

"Kita juga mungkin mengingat kisah ketika Nabi Muhammad hijrah dari Mekah menuju Madinah. Hal tersebut dilakukannya untuk mencari kebebasan bagi dirinya dan pengikutnya dalam beribadah," kata Charles.

Lalu, suami dari Camilla itu menceritakan pengalamannya bertemu dengan seorang pendeta asal Suriah.

"Ia menceritakan kepadaku tentang penculikan massal di Suriah dan Irak serta ketakutannya bahwa umat Kristen akan diusir dari tanah-tanah tersebut. Ia ragu dalam lima tahun ke depan masih ada umat Kristen di Irak," ceritanya.

Pidato Charles ini disambut baik oleh anggota parlemen dari Partai Buruh, Claude Moraes menyambut baik "intervensi" sang pangeran.

"Menurutku itu intevensi yang bagus ketika surat kabar sayap kanan Inggris didominasi tulisan-tulisan anti-pengungsi, intoleransi, dan anti-Uni Eropa," kata Moraes.

Ini merupakan kali ketiga bagi Charles tampil berpidato di BBC Radio 4 Today. Pertama kali dilakukannya pada tahun 1995 dan yang kedua pada tahun 2000.

Pidato tersebut direkam di kediaman resminya di London, Clarence House sebelum dirilis pengumuman bahwa Ratu Elizabeth dan Pangeran Philip telah menunda perjalanan Natal mereka ke Norfolk. Keduanya dikabarkan sakit.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya